Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perkebunan Sawit Indonesia Ternyata Banyak Berasal dari Degraded Land

Perkebunan Sawit Indonesia Ternyata Banyak Berasal dari Degraded Land Kredit Foto: PGN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Degraded land atau lahan terdegradasi merupakan daerah yang belum terjangkau pembangunan secara alamiah sehingga pengembangannya sangat terbelakang. Contoh lahan terdegradasi tersebut yakni daerah bekas logging dan bekas tambang di masa lalu. 

Data FWI dalam laporan PASPI menyebutkan, akibat logging yang masif antara tahun 1960-1990 di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi telah banyak meninggalkan degraded land tersebut.

Baca Juga: Industri Kelapa Sawit jadi Urutan Pertama dalam RUU Industri Strategis Pertanian

Degraded land ex-logging biasanya berupa semak belukar, sisa-sisa barak logging tak berpenghuni, akses jalan sulit karena umumnya jalan bekas lahan logging, bekas pelabuhan logging, dan kegiatan ekonomi terhenti,” catat laporan PASPI. 

Sebagaimana terkonfirmasi dari studi Gunarso et al. (2013) yang mengungkapkan bahwa sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia berasal dari degraded land. Melansir laporan PASPI, proses perkebunan kelapa sawit dalam merestorasi degraded land menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai daerah di Indonesia, dapat dibagi atas tiga fase proses pembangunan. 

1. Fase Perintisan 

Kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit pada daerah degraded land merupakan kegiatan pioner dalam pengembangan ekonomi lokal. Seiring dengan bertumbuhnya perkebunan kelapa sawit maka roda restorasi degraded land juga mulai berputar dan putarannya makin lama makin cepat dan meluas.

2. Fase Percepatan

Berkembangnya perkebunan inti dan/atau korporasi yang melibatkan petani plasma pada daerah degraded land yang akan mengundang makin banyak imvestasi perkebunan kelapa sawit baik petani sawit mandiri (swadaya), usaha kecil-menengah hingga korporasi swasta. Terbukanya akses jalan masuk, adanya jaminan pasar Tandan Buah Segar (TBS) pada PKS dan keberhasilan petani terdahulu, telah menjadi magnet bagi pelaku usaha lain yaitu petani sawit swadaya, UMKM maupun korporasi sawit baru untuk masuk dan berinvestasi di wilayah sekitar perkebunan kelapa sawit.

3. Fase Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru

Seiring dengan makin berkembangnya kegiatan perkebunan sawit diberbagai daerah maka turut menggerakkan sektor ekonomi lainnya seperti sektor jasa seperti jasa transportasi pengangkutan TBS dari kebun ke PKS, jasa transportasi CPO dari PKS ke pelabuhan CPO, jasa keuangan/perbankan, jasa supplier barang/jasa perkantoran, jasa perdagangan bahan pangan, jasa warung/restoran makan, jasa perdagangan antar kota, dan lain-lain.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: