Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam kunjungannya ke Balikpapan, Kalimantan Timur pada Sabtu (8/1/2022), mengatakan negatifnya neraca perdagangan migas Indonesia diakibatkan mismatch antara supply dengan demand.
Catatan Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, defisit neraca perdagangan migas meningkat dari 0,87 miliar dolar AS pada Oktober 2021 menjadi 1,69 miliar dolar AS pada November 2021. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor migas.
"Kita ini sebenarnya negara yang kaya sumber daya, tetapi kenapa kemudian neraca perdagangan [migas] kita negatif itu karena apa yang kita miliki dan kita proses ini berbeda atau mismatch dengan demand-nya. Kita ini punya kelebihan gas, tapi demand kita kebanyakan oil," paparnya.
Baca Juga: Pertamina Dukung UMKM Go Modern, Go Digital, Go Online, dan Go Global
Ia kemudian memaparkan bahwa teknologi sangat diperlukan untuk mengatasi hal di atas. Ia mengatakan terdapat teknologi Gas-to-Liquid (GTL) yang sudah diterapkan di negara Paman Sam dikarenakan cadangan gas yang dimilikinya besar tetapi memiliki persoalan yang sama, yaitu demand terhadap minyak yang terus meningkat.
GTL mengkonversi gas alam menjadi liquid, seperti bahan bakar kendaraan, yang nantinya dapat digunakan sebagai energi primer untuk kendaraan.
Nicke menegaskan jika neraca perdagangan migas ingin menjadi positif, teknologi menjadi jawaban untuk mecocokkan antara supply yang dimiliki dengan demand.
"Jadi, kalau mau neraca perdagangan [migas] positif ya kita coba match-kan antara supply yang kita miliki dengan demand. Apa jembatannya? Teknologi tersebut yang bisa kita lakukan. Kita memiliki sumber daya tersebut, jadi jangan sampai terjadi krisis energi akibat mismatch tersebut. Jawabannya adalah teknologi," ujarnya.
Potensi Indonesia juga besar dan banyak dari sisi renewable energy. Nicke mengatakan masing-masing daerah nanti dapat mengidentifikasi potensi energi di daerahnya sebagai sumber energi.
Baca Juga: Dirut Pertamina Pastikan Ketersediaan BBM Dan Elpiji Aman
"Jadi, dalam Rencana Umum Energi Nasional itu sebenarnya sudah diterjemahkan ke dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED). RUED itu nantinya mengidentifikasi potensi energi di suatu daerah di mana energi tersebut digunakan daerah sebagai sumber energi. Kalau ini tercapai, maka kemandirian energi akan tercapai. Setelah kemandirian energi tercapai, maka Indonesia akan berdaulat secara energi dan tidak bisa diatur negara lain karena sumber dayanya milik kita sendiri," katanya.
Nicke mengajak untuk selalu tetap optimis. Selain itu, ia juga mengatakan salah satu kunci untuk menguasai teknologi tersebut adalah melalui partnership yang dapat berkolaborasi dengan perusahaan yang memiliki proven track record untuk teknologi-teknologi yang dapat memproses sumber daya alam Indonesia menjadi energi yang sesuai demand.
"Oleh karena itu, tema Pertamina untuk jangka panjang adalah Unleashing Domestic Resources. Jadi kita coba melihat apa saja sumber daya yang kita miliki yang nantinya dapat kita proses menjadi sumber energi," tutupnya.
Penulis: Putu Rusta Adijaya
Laporan: Muhamad Ihsan
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman