Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jenderal Kudeta Myanmar Bikin Gejolak, Pecat Kepala Staf Angkatan Udara Elite karena...

Jenderal Kudeta Myanmar Bikin Gejolak, Pecat Kepala Staf Angkatan Udara Elite karena... Kredit Foto: Antara/Biro Pers-Rusan/hma
Warta Ekonomi, Yangon -

Jenderal kudeta Myanmar Min Aung Hlaing telah memecat kepala staf angkatan udara, menurut media lokal dan empat sumber yang dekat dengan junta militer. Itu terjadi di tengah kampanye pengeboman.

Sumber tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Maung Maung Kyaw yang berusia 57 tahun, seorang jenderal dari latar belakang militer elit dan salah satu tokoh paling senior di junta, telah digulingkan dari jabatan yang dipegangnya sejak 2018.

Baca Juga: Brunei Tegas ke Myanmar, Kamboja Beda: Tidak Paksakan Temui Aung San Suu Kyi

Dua sumber mengatakan dia digantikan pada Senin (10/1/2022) oleh Htun Aung, yang telah menjadi kepala staf angkatan udara.

Tidak ada pengumuman publik bahwa Maung Maung Kyaw telah dicopot dan Reuters tidak dapat menjelaskan mengapa pemimpin junta Min Aung Hlaing mencopotnya.

Juru bicara militer Zaw Min Tun tidak menanggapi permintaan komentar apakah Maung Maung Kyaw telah dicopot. Juru bicara itu dikutip oleh outlet berita lokal Eleven Media mengatakan Maung Maung Kyaw telah mengakhiri dinasnya setelah masa jabatan empat tahun.

Reuters tidak dapat menghubungi Maung Maung Kyaw secara langsung, dan permintaan komentar melalui militer tidak mendapat tanggapan.

Sejak kudeta pada 1 Februari tahun lalu di mana pemerintah terpilih digulingkan, dan selama protes setelah kudeta, angkatan udara telah digunakan untuk mengangkut pasukan di sekitar Myanmar untuk memadamkan oposisi.

Saksi mata mengatakan angkatan udara juga telah digunakan untuk serangan bom yang telah menewaskan warga sipil. Junta belum mengomentari tuduhan tersebut. Dikatakan tidak menargetkan warga sipil, hanya "teroris".

Junta, yang telah memenjarakan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi dan sebagian besar sekutunya, menyebut pasukan oposisi yang setia kepada pemerintah yang digulingkannya sebagai "teroris".

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebuah kelompok hak asasi manusia, mengatakan lebih dari 1.400 orang telah tewas dalam kekerasan sejak kudeta, termasuk mereka yang tewas dalam serangan bom. Junta membantah jumlah korban yang dilaporkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: