Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyelisik Seberapa Besar Kemungkinan Rusia Lakukan Invasi, Siapkah Ukraina?

Menyelisik Seberapa Besar Kemungkinan Rusia Lakukan Invasi, Siapkah Ukraina? Kredit Foto: Sputnik/Alexander Vilf

Apa yang diinginkan Rusia dari Ukraina?

Pada 2014, Rusia menduduki Krimea dan mengaku memiliki klaim sejarah atasnya. Ukraina adalah bagian dari Uni Soviet, yang runtuh pada Desember 1991, dan Presiden Putin pernah berkata bahwa peristiwa itu adalah "disintegrasi sejarah Rusia".

Tanda-tanda bahwa Putin sudah sejak lama memikirkan Ukraina adalah ketika tahun lalu ia menyebut rakyat Rusia dan rakyat Ukraina "satu bangsa".

Dia melabeli para pemimpin Ukraina sekarang sebagai "proyek anti-Rusia".

Rusia juga merasa frustasi dengan perjanjian perdamaian Minsk 2015 untuk Ukraina timur yang sampai kini jauh dari dipenuhi.

Masih belum ada rencana untuk diadakannya pemilu independen yang dimonitor di wilayah-wilayah separatis. Meski, Rusia menolah tuduhan bahwa ini adalah bagian dari konflik sekarang.

Apakah aksi Rusia bisa dihentikan?

Presiden Vladimir Putin telah beberapa kali melakukan perbincangan dengan Presiden Joe Biden, dan hingga kini, diskusi tingkat tinggi terus berlanjut.

Namun para pejabat Rusia memperingatkan bahwa penolakan Barat atas permintaan-permintaan kunci mereka telah mengakibatkan perbincangan ini "buntu".

Pertanyaannya sekarang, seberapa jauh Rusia akan beraksi. Presiden Biden memperingatkan, invasi skala besar akan mengakibatkan bencana bagi Rusia.

Tapi jika serangan ini hanya kecil semata, dia berkata, negara-negara Barat akan "saling ribut soal apa yang harus dilakukan".

Sejak Rusia mencaplok Krimea, NATO menempatkan unit-unit tempur di Eropa timur.

Gedung Putih menekankan, gerakan apapun yang melewati perbatasan akan dihitung sebagai invasi - namun juga memperingatkan bahwa Rusia memiliki persenjataan lain, termasuk serangan siber dan taktik paramiliter.

Pentagon menuduh Rusia menyiapkan apa yang disebut operasi bendera-palsu, di mana anggotanya akan menyabotase pemberontak yang dibeking Rusia, sehingga ada alasan untuk invasi. Rusia menyangkal tuduhan ini.

Rusia juga telah membagikan 500.000 paspor kepada orang-orang yang tinggal di wilayah yang dikuasai para pemberontak, sehingga jika mereka tidak mendapatkan kemauannya, Rusia dapat membenarkan aksi mereka dengan alasan melindungi warga negaranya.

Tapi jika tujuan utama Rusia adalah untuk mengusir NATO dari wilayahnya, Rusia sepertinya akan gagal.

Sebanyak 30 negara anggota NATO menolak permintaan Rusia. "Kami tidak akan membiarkan siapapun menutup pintu pada kebijakan pintu terbuka NATO," kata Wakil Menteri Dalam Negeri AS Wendy Sherman.

Ukraina menginginkan garis waktu yang jelas untuk bergabung dengan NATO, dan lembaga ini berkata Rusia "tidak punya veto, tidak berhak menggangu proses ini".

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: