Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

5 Miliar Babi di China Disebut Jadi Biang Kerok Tahu dan Tempe Langka, Warganet: Kasihan Babinya!

5 Miliar Babi di China Disebut Jadi Biang Kerok Tahu dan Tempe Langka, Warganet: Kasihan Babinya! Kredit Foto: Unsplash/Amber Kipp
Warta Ekonomi, Jakarta -

Belum selesai permasalahan minyak goreng, Indonesia kini harus menghadapi kelangkaan produk tahu dan tempe. Penyebabnya tidak lain ialah harga kedelai yang terus melambung hingga membuat perajin tahu dan tempe di Pulau Jawa melakukan mogok produksi hingga Rabu, 23 Februari 2022.

Menteri Perdagangan, Muhammad Luthfi, menyampaikan bahwa lonjakan harga kedelai di Indonesia disebabkan oleh sejumlah faktor, mulai dari cuaca di negara eksportir hingga bertambahnya permintaan di China. Khususnya di China, Mendag menyebut permintaan meningkat karena ada lima miliar babi yang membutuhkan pakan kedelai. Baca Juga: Alfamart Beberkan Fakta Kasus Timbun Minyak Goreng, Ternyata saat Sidak Belum....

"Di China itu awalnya peternakan babi tidak makan kedelai, tapi sekarang makan kedelai. Baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan China itu makan kedelai," ungkap Mendag, dilansir pada Selasa, 22 Februari 2022.

Pernyataan Mendag itu pun langsung menuai beragam komentar dari warganet. Sejumlah warganet bahkan merasa kasihan terhadap para babi yang seakan disalahkan atas kelangkaan kedelai di Indonesia. 

"Eleh2 selalu ada yg di babikan kasihan babinya," tulis warganet @samybe*** dalam kolom komentar di Instagram Warta Ekonomi, Selasa, 22 Februari 2022.

Komentar penuh tanda tanya juga disampaikan oleh warganet @radiant*** yang menulis, "Jadi gara-gara babi?"

Alih-alih menyalahkan babi sebagai penyebab kelangkaan kedelai, sejumlah warganet justru menyarankan supaya Indonesia memaksimalkan pertanian kedelai di dalam negeri. Hal itu seperti dituliskan oleh warganet @ct6**, "Kog yg disana pula disalahkan kenapa gak di indonesia yg ditingkatkan petani kedelainya.. indonesia punya banyak lahan kurang petani."

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: