Selanjutnya, kata Ono, peristiwa Kongres Pemuda II pada tahun 1928 yang yang di pelopori kaum milenial pada saat itu yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda merupakan sebuah teks yang tidak dapat dilepaskan dari konteks politik, , sosial, dan budaya yang melingkupinya.
Oleh karena itu, ketika muncul pertanyaan akan seperti apakah peran generasi muda saat ini, maka dengan konteks situasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang saat ini ada, tentunya teks yang akan dihasilkan pun akan berbeda dengan apa yang telah dihasilkan pada 1928 dalam bentuk Sumpah Pemuda.
"Semangat persatuan untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda yang menjiwai kaum milenial di setiap jaman seperti milenial di tahun 1928 yang berhasil merumuskan satunya Bahasa dan bangsa , dan kaum milenial pada 1945, yang mampu melepaskan bangsa ini dari penjajahan," jelasnya
Baca Juga: Studi Visa: 89% Milenial Tertarik dengan Layanan Perbankan Virtual
Ono menegaskan generasi milenial saat ini harus dapat menjawab berbagai persoalan bangsa saat ini. Misalnya, persoalan kemiskinan, distribusi sumber daya ekonomi yang tidak merata, korupsi, penyalahgunaan narkoba, dan kebangaan terhadap budaya asing yang menjangkiti banyak kaum milenial saat ini.
"Ini merupakan kondisi objektif yang memerlukan penyikapan subjektif yang tepat. Belum lagi ditambah dengan dampak sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19,"tegasnya
Semangat nasionalisme generasi muda saat ini harus dapat dimanifestaikan sebagai sebuah cara pandang dalam melakukan pemetaan posisi dan penyusunan rangkaian rencana untuk menjawab tantangan zaman saat ini.
"Melalui Milenial Talk, semoga bisa mendorong Kaum Milenial untuk bisa ikut serta membangun Bangsa dan Negara, membangun Jawa Barat yang jauh lebih baik lagi," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: