Pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih banyak memilih menghabiskan waktu dirumah, kebiasaan tersebut membuat masyarakat mulai aktif berinvestasi baik di reksadana maupun di pasar saham.
Ekonom senior Indef Aviliani mengingatkan generasi muda untuk memulai berinvestasi di saat masih produktif, baik di pasar uang maupun di sektor riil. Meski begitu, sebelum berinvestasi, perlu dipahami tahapan-tahapannya agar kondisi finansial kita tetap terjaga.
Baca Juga: Hoaks Covid-19 Bertebaran di Jagat Maya, Menkominfo Minta Jangan Lengah
"Memang kita harus punya portofolio, artinya jangan hanya investasi di satu keranjang. Kemudian mana yang kita butuhkan likuid, mana yang tidak kita butuhkan likuid. Karena kadang orang ingin investasi di mana-mana, tapi dia tidak punya likuid. Begitu ada masalah, banyak orang kaya yang tidak punya dana likuid,” ujar Aviliani dalam diskusi virtual, Sabtu (26/2/2022).
Aviliani mengatakan, dari berbagai macam investasi deposito adalah polihan yang bisa diambil ketika membutuhkan likuiditas atau pencairan dana yang tidak terlalu lama.
Adapun instrumen lainya adalah obligasi pemerintah yang memberi peluang untuk berinvestasi, sekaligus membantu pembiayaan pembangunan yang dilakukan pemerintah.
“Sebetulnya dalam berinvestasi itu, harusnya memang jangka panjang. Jadi dia akan fluktuatif naik-turun. Sedangkan masyarakat kita itu kelihatannya kalau lagi untung diam-diam, nanti kalau rugi baru ribet. Yang harus dipahami, semua itu ada risiko,” ujarnya.
Aviliani melanjutkan, semakin tinggi keuntungan investasi yang diharapkan, perlu dipahami risikonya juga semakin besar.
Selain itu, untuk investasi dengan risiko yang kecil akan memberikan keuntungan yang juga kecil. Sedangkan jika low risk, jangan mengharapkan bunga yang tinggi. Kalau high risk, ya pasti return-nya juga akan besar.
"Itu yang mungkin harus dipahami. Apalagi sekarang ini juga banyak penipuan, tertarik karena melihat bunganya tinggi tanpa melihat underlying-nya apa, risikonya apa. Orang selalu melihat dari return-nya saja tanpa melihat risiko. Justru menurut saya yang harus dilihat pertama kali itu risikonya, baru kita bicara return,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Fajria Anindya Utami