Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ucapan Menag Yaqut Tak Hanya Mirip dengan Kasus Edy Mulyadi, Tapi Lebih Parah!

Ucapan Menag Yaqut Tak Hanya Mirip dengan Kasus Edy Mulyadi, Tapi Lebih Parah! Kredit Foto: Twitter/Yaqut Cholil Qoumas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Atip Lathifulhayat mengatakan bukan hanya ada kemiripan antara kasus Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas soal azan dengan Edy Mulyadi terkait jin buang anak. Keduanya menurut Atip mengarah pada penghinaan.

Bahkan, ia menyebutkan bahwa statemen Yaqut yang membandingkan azan dengan gonggongan anjing lebih parah dari Edy Mulyadi. Menurutnya, kalimat Menag lebih jelas dan menjurus ke penghinaan.

"Ada kemiripan, bahkan apa yang dilakukan oleh Menag itu relatif lebih jelas penghinaannya dan pihak yang merasa terhina. Perbedaannya, Eddy Mulyadi rakyat biasa sehingga dengan mudah diproses secara hukum, sedangkan Menag adalah pejabat pemerintah yang sulit untuk tersentuh hukum," katanya saat dikonfirmasi Populis.id pada Rabu (02/03/2022).

Baca Juga: Belum Minta Maaf, Menag Yaqut Kini Minta Masyarakat Baik sama LGBT, Eh Langsung Dikata-katain!

Ia juga menilai bahwa klarifikasi dari Kemenag yang mengatakan Yaqut tidak membandingkan tapi hanya memberikan permisalan belum menyelesaikan masalah.

Karena, menurutnya, penjelasan tersebut terkesan bersifat pembenenaran atas ucapannya.

"Ketidakpuasan masyarakat bukan pada siapa yang memberikan penjelasan, tapi pada substansi penjelasan yang terkesan bersifat apologetik alias pembelaan atas argumen. Penjelasan mengesankan apapun yang dikatakan oleh Menag, masyarakat harus memahaminya," katanya.

"Jadi masyarakat dipaksa memahami meskipun sebetulnya apa yang dilakukan atau yang dikatakan oleh pemerintah itu salah," sambungnya.

Atip menegaskan bahwa sikap yang terbaik dari Menag sebetulnya bukan dengan memberikan penjelasan, tapi menyampaikan permohonan maaf. Karena memang secara objektif apa yang dikatakan oleh Menag itu keliru.

"Menag lebih baik minta maaf saja sebelum gejolaknya semakin besar. Kita lihat di beberapa daerah bahkan dengan terang benderang melarang kehadiran Menag. Kecaman dari berbagai pihak pun banyak bergulir," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: