- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Perlu Treatment Khusus Untuk BUMN dalam Hadapi Dampak Perang Rusia-Ukraina
Invasi Rusia ke Ukraina membuat harga minyak mentah melonjak hingga melewati level 100 dollar per barel. Kondisi tersebut membuat beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi merasakan dampaknya secara langsung.
Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa lonjakan harga minyak dunia membuat perusahaan pelat merah membebankan berbagai kenaikan harga ini kepada masyarakat
"Termasuk LPG nonsubsidi yang telah disesuaikan dua kali harganya sudah naik dua kali kemudian juga untuk bbm jenis non subsidi dilakukan penyesuaian," ujar Bhima kepada Warta Ekonomi, Kamis (3/3/2022). Baca Juga: Awas! Lonjakan Harga Minyak Dunia Bisa Menimbulkan Ketidakpastian
Bhima mengatakan dengan kenaikan tersebut maka akan langsung menguras cashflow dan membuat BUMN berada di bawah tekanan utang atau dept distres jadi ada tekanan utang yang cukup dalam karena ada lonjakan harga minyak mentah secara global.
"Sementara dari sisi pemerintah dana kompensasinya mungkin kurang sehingga kemudian dinaikan ke level konsumen, ini kan konsekuensi pertama," ujarnya.
Konsekunsi lainya ada bagi BUMN karya yang memiliki beban utang atau debt to equity rasionya juga besar harus waspada karena krisis di ukraina juga menciptakan dua hal faktor kunci yang salah satunya adalah fluktuasi nilai tukar yang membuat beban utang luar negerinya naik.
Termasuk didalamya adalah bunga pinjaman juga akan semakin mahal, kedua trend kenaikan suku bunga akan lebih cepat jadi bunga pinjaman juga aian naik.
"Jadi sudah rate bunga pinjamanya naik secara nominal karena fluktuasi nilai tukar terhadap dollar akhirnya juga membuat utang luar negerinya juga mengalami kenaikan, itu kondisi yang membuat BUMN yang debt equity rationya cukup tinggi atau beban utang terhadap modalnya cukup besar ini akan kesulitan menghadapi krisis ukraina," ungkapnya.
Selain itu, desakan dari masyarakat atau publik kuat untuk bagaimana bumn bisa berkontribusi untuk menjaga stabilitas harga itu akan membuat dilematis, jadi harus diperhatikan adalah sekarang risiko utang BUMN ini jadi perlu ada stres test.
"Stres test dari kemenbumn atau pemerintah untuk menguji seberapa kuat BUMN dengan beban utang besar ini bisa bertahan bila krisisi ini bisa berkepanjangan," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: