Mengenal Bom Vakum Pengisap Oksigen dan Bagaimana Daya Perusaknya?
Bom Vakum, atau juga disebut Bom Aerosol adalah senjata "thermobaric" yang memanfaatkan oksigen di sekitarnya untuk memicu ledakan bersuhu tinggi.
Berbeda dengan bom konvensional, yang bahan peledaknya biasanya merupakan campuran dari bahan bakar dan bahan pengoksidasi, dengan komposisi 25% bahan bakar dan 75 persen pengoksidasi, bom thermobaric menggunakan 100% bahan bakar.
Baca Juga: Bom Maut Pengisap Oksigen Disiapkan Rusia, Ukraina Masih Bisa Bertahan?
Bom Vakum memanfaatkan oksigen di sekitarnya untuk memicu ledakan, yang lebih energetis dibanding bom konvensional dalam bobot dan volume yang sama. Bom ini bekerja dalam dua fase.
Fase pertama, bahan bakar bom, baik berupa bahan bakar berbasis karbon atau logam, menyebar berupa partikel halus di udara atau aerosol dan meledak. Ledakannya menyedot oksigen dari udara, karena bom tidak mengandung bahan pengoksidasi.
Setelah letusan deflagasi dan gelombang ledakan, tercipta efek vakum atau hampa udara atau lebih tepat lagi fase tekanan negatif. Gelombang ledakan dari bom thermobaric bertahan lebih lama dibanding gelombang serupa dari bom konvensional.
Bagaimana daya perusak Bom Vakum?
Daya perusak bom vakum atau bom aerosol ini bagi manusia sangat mengerikan. Orang yang berada di pusat ledakan bisa langsung menguap jadi abu. Sementara orang yang berada di dalam radius ledakan sekitar empat kilometer juga akan tewas, baik karena gelombang ledakan yang menghancurkan organ dalam tubuh atau akibat kehabisan oksigen yang tersedot ledakan atau juga akibat radiasi panas ekstrim dari ledakan bom.
Sementara orang yang berada di luar radius ledakan, tapi relatif masih terpapar gelombang ledakan akan mengalami pecah gendang telinga, kebutaan, gegar otak berat atau juga robek paru-parunya.
Apakah ini senjata baru?
Bom Vakum tidak termasuk senjata baru. Laporan pertama pengembangan senjata thermobaric bisa dirunut ke Jerman saat perang dunia kedua. Beberapa negara sudah mengembangkan senjata thermobaric ini sejak tahun 1960-an.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: