Presiden Israel, Isaac Herzog akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara dalam waktu dekat. Pembicaraan itu terkait usaha kedua negara memperbaiki hubungan yang selama ini retak.
Kedua negara selama ini saling menuduh atas pendudukan Israel atas wilayah Palestina dan dukungan Ankara untuk kelompok Hamas, yang memerintah Jalur Gaza. Kunjungan Isaac Herzog ke Ankara dan Istanbul pada Rabu dan Kamis (9-10/3), dalam upaya merajut kembali hubungan tersebut.
Baca Juga: Kena Karma! Pidato Presiden Ukraina Soal Israel Viral Lagi, Netizen: Sekali Komedian Tetap Komedian
Hubungan diplomatik bilateral dan isu-isu regional diperkirakan akan mendominasi pembicaraan Erdogan-Herzog. Tetapi prospek untuk menggunakan gas Israel di Turki dan lebih ambisius di Eropa, juga kemungkinan akan muncul dalam pertemuan antara kedua pemimpin.
Erdogan mengatakan, kunjungan yang diumumkan pertama kali pada Januari itu akan menandai era baru. Itu juga akan menandai kedua negara dapat bekerja sama untuk membawa gas alam Israel ke Eropa, menghidupkan kembali sebuah gagasan yang pertama kali dibahas lebih dari 20 tahun yang lalu.
Kepala perusahaan Israel yang memompa gas dari ladang raksasa di Mediterania Timur mengatakan, perusahaannya dapat memasok gas jika Turki menyediakan infrastruktur. Namun, dia tidak mengomentari ide Erdogan yang lebih ambisius untuk menjajal pasar Eropa.
“Posisi kami selalu jelas. Jika Anda ingin bensin, bagus. Kami siap memberi. Anda membangun jaringan pipa untuk kami dan kami akan memasok gas,” kata Kepala Eksekutif NewMed Energy, Yossi Abu pada konferensi investor dua pekan lalu, seperti dikutip oleh kantor berita Reuters.
Hubungan antara kedua negara telah goyah karena berbagai alasan, khususnya setelah kematian 10 warga sipil dalam serangan Israel di kapal Mavi Marmara Turki. Kapal yang membawa bantuan itu mencoba menembus blokade Israel di Gaza yang terkepung Israel pada 2010.
Setelah bertahun-tahun hubungan itu membeku, perjanjian rekonsiliasi sempat terjadi pada 2016. Namun, hal itu batal pada 2018 setelah protes Great March of Return. Lebih dari 200 warga Palestina tewas oleh tembakan tentara Israel selama beberapa bulan aksi massa.
Para pengungsi Palestina menuntut kembali ke rumah mereka yang kini dikuasai Israel saat pembersihan secara etnis pada tahun 1948. Protes selama berbulan-bulan juga menyerukan diakhirinya pengepungan yang dilakukan di Jalur Gaza oleh Israel.
Meskipun tampak mengurangi kritiknya terhadap Israel menjelang kunjungan Herzog, Ankara telah mengesampingkan komitmennya untuk mendukung kemerdekaan negara Palestina.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: