Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pak Jokowi Tolong 'Sentil' Menterinya, Masalah Minyak Goreng Makin Runyam: Jangan Salahkan Rakyat!

Pak Jokowi Tolong 'Sentil' Menterinya, Masalah Minyak Goreng Makin Runyam: Jangan Salahkan Rakyat! Pekerja mengemas minyak goreng curah ke dalam kantong plastik di salah satu agen penjualan minyak goreng curah di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (5/1/2022). Pemerintah sebelumnya berencana memberlakukan larangan penjualan minyak goreng curah mulai 1 Januari 2022, namun batal diterapkan dan mengizinkan minyak goreng curah untuk tetap ada di pasaran karena kondisi Indonesia yang masih dalam masa pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19. | Kredit Foto: Antara/Patrik Cahyo Lumintu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kelangkaan minyak goreng membuat masyarakat membeli secara berlebihan atau melakukan aksi panic buying. Ada saja warga yang menimbun minyak, buat stok masak di rumah.

Wakil Ketua MPR Syarief Hasan mengingatkan, rakyat tidak bisa disalahkan dengan keadaan ini. Karena memang, minyak goreng langka dan tidak ada jaminan harga yang wajar.

“Saya minta segenap aparatur Pemerintah tidak menuding rakyat sebagai pihak bersalah atas krisis minyak goreng yang sudah terjadi selama berbulan-bulan,” pinta Syarief dalam keteranganya, kemarin.

Baca Juga: "Lu Kok Bisa Dapet Minyak Goreng Banyak?" Jawaban PSI Menggelegar Eh Admin Gerindra Ikut Disenggol

Menurut Syarief, bagaimana mungkin Pemerintah menuding dan menyalahkan warganya atas aksi panic buying membeli dan menyimpan minyak goreng.

Selain tudingan ini tidak dapat dibuktikan, menyalahkan aksi panic buying adalah bentuk kegagalan Pemerintah menjamin ketersediaan bahan pokok.

Bahkan, kata mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) ini, apa yang dilakukan Pemerintah selama krisis minyak goreng, tidak berdampak apa-apa terhadap stok dan harga yang wajar.

Di berbagai daerah, dia mengaku terus mendapatkan laporan kelangkaan dan tingginya harga bahan pokok di semua pasar tradisional maupun modern.

“Masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng di negara surga sawit. Ini anomali sekaligus fakta yang memilukan,” kritik politikus Partai Demokrat ini.

Untuk itu, Syarief berharap Presiden Jokowi mengingatkan pembantu-pembantunya agar segera menyelesaikan perkara minyak goreng. Berkali-kali dia mengingatkan Pemerintah agar serius dan fokus menyelesaikan perkara mendasar dan kebutuhan pokok rakyat.

“Janganlah kita berbicara hal-hal besar jika perkara mendasar rakyat saja tidak dapat diselesaikan. Padahal rakyat tidak minta yang muluk-muluk, cukupkan kebutuhan mendasar, apalagi rakyat sudah terlampau menderita di tengah pandemi Covid-19,” tegasnya.

Selain itu, Syarief mendesak persoalan ini diselesaikan dari hulunya, membongkar krisis minyak goreng dari akarnya. Sungguh tidak dapat diterima akal sehat jika negara penghasil dan eksportir sawit terbesar di dunia mengalami kelangkaan pasokan minyak goreng dalam jangka waktu yang sangat lama.

Pemerintah mesti tegas menindak berbagai pihak tidak bertanggung jawab yang menyebabkan terjadinya krisis ini.

“Negara tidak boleh kalah dan mengorbankan rakyatnya. Kecuali akar persoalannya memang di Pemerintah sendiri,” wanti-wanti dia.

Sementara, Anggota Komisi VI DPR Nusron Wahid mendesak Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi segera mengambil kebijakan larangan ekspor CPO (Crude Palm Oil). Hal ini guna menstabilkan kepanikan di masyarakat akibat kelangkaan minyak goreng.

“Sekarang saatnya Menteri Perdagangan harus menunjukkan taringnya. Larang ekspor CPO untuk sementara sampai harga stabil,” usul Nusron dalam keterangannya, kemarin.

Dengan cara itu, kata Nusron, pasti akan ketahuan siapa pengusaha yang tidak taat terhadap penerapan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: