Selain digitalisasi, apakah ada rencana transformasi bisnis dalam bentuk lainnya?
Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan yang positif (purpose-driven), kami tidak hanya melakukan transformasi digital, tetapi kami juga fokus untuk menjadi bisnis yang menjunjung tinggi keberlanjutan atau sustainability.
Kepedulian Bank DBS Indonesia tersebut terbagi menjadi tiga pilar sustainability, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, dan Creating Social Impact.
Pada pilar pertama, Bank DBS Indonesia senantiasa membantu nasabah korporasi untuk bertransisi menjadi ekonomi rendah karbon melalui berbagai produk keuangan yang sustainable. Selain itu, Bank DBS Indonesia terus mengembangkan berbagai layanan wealth management-nya dengan menghadirkan produk investasi berbasis ESG.
Pada Januari lalu, Bank DBS Indonesia bersama Eastspring Indonesia menghadirkan Reksa Dana Indeks Eastspring IDX ESG Leaders Plus, reksa dana onshore pertama yang berbasis dari kinerja indeks IDX ESG LEADERS yang mengombinasikan strategi sustainability dan offshore sharia.
Sedangkan melalui pilar kedua, Bank DBS Indonesia melakukan berbagai upaya untuk menjalankan bisnis yang lebih bersifat berkelanjutan dengan penghematan kertas, pemilahan sampah kertas, pemasangan panel surya, dan sustainable sourcing dengan memprioritaskan wirausaha sosial.
Untuk pilar ketiga, Bank DBS Indonesia bekerja sama dengan para wirausaha sosial untuk menciptakan dampak sosial yang positif. Bank DBS Indonesia juga secara aktif mendukung dan mengembangkan pertumbuhan wirausaha sosial melalui tiga program Championing Social Enterprise yakni nurturing, advocating, dan integrate.
Advokasi (advocate) erat kaitannya dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sebuah bisnis memiliki misi sosial sehingga dapat menyejahterakan masyarakat. Beberapa bentuk kegiatannya termasuk DBS Foundation Social Enterprise Meet-Up yang merupakan sarana untuk berbagi pengetahuan, tantangan, hingga memecahkan masalah serta peluncuran buku panduan atau SE Handbook tentang wirausaha sosial bekerja sama dengan pusat UKM Universitas Indonesia.
Pendekatan kedua adalah dengan memberikan bimbingan (nurture) kepada wirausaha sosial melalui pendanaan, capacity building dan membuka peluang untuk mereka tumbuh. Beberapa kegiatannya adalah DBS Foundation Social Enterprise Bootcamp, DBS Foundation Grant, dan DBS Done in A Day, di mana karyawan senior Bank DBS terlibat dalam memberikan pelatihan sesuai bidangnya seperti Financial Management, Digital Marketing & Strategy, Marketing & Branding, Business Model, Human Resources and Legal.
Pendekatan terakhir adalah mengintegrasikan seluruh pemikiran tentang wirausaha sosial ke dalam program dan budaya DBS dan mengajak karyawan menyalurkan waktu serta tenaga mereka untuk memberikan dampak positif di masyarakat. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan wirausaha sosial sebagai vendor dan memberikan prosedur komersial khusus yang memudahkan wirausaha sosial untuk bermitra dengan kami. Di sinilah kami sebagai bank selalu berusaha untuk Walk the Talk.
Kinerja perusahaan tentu tak bisa lepas dari kontribusi karyawan. Menurut Anda, seberapa penting peran karyawan bagi perusahaan dan bagaimana upaya Anda dalam memenuhi kebutuhan karyawan?
Sebagai aset terpenting, PT Bank DBS Indonesia menempatkan SDM sebagai mitra strategis dalam mencapai keunggulan kompetitif. Untuk itu, DBSI terus mengembangkan kualitas dan kompetensi SDM dan memastikan mereka memiliki kompetensi, keahlian, dan komitmen serta responsif terhadap perubahan dengan tetap berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dasar bank (PRIDE) agar tetap kompeten dan relevan.
Dalam segi perekrutan, DBS secara proaktif membangun jaringan untuk merekrut dan mengembangkan bakat perempuan di bidang teknologi yang secara konvensional masih kurang terwakili.
Apa saja tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dan bagaimana Anda menyikapinya?
Transformasi digital, di industri mana pun, termasuk perbankan, tidak bisa dihindari. Pada kenyataannya, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menikmati layanan perbankan. Dengan dukungan teknologi, bukannya nasabah datang ke cabang bank lagi (branch banking) tapi dilakukan dari genggaman tangan (digital banking), atau dengan kata lain, layanan perbankan menjadi “invisible”.
Nah, tantangan ke depannya adalah edukasi nasabah bahwa perbankan digital dapat memenuhi layanan keuangan, dengan lebih nyaman, lebih mudah dan juga tetap aman. Saya garis bawahi keamanan ini, karena bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan. Tantangan bagi kita, untuk tetap menjaga keamanan dan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan.
Milenial menjadi kelompok yang mendominasi populasi Indonesia. Bagaimana strategi Anda untuk menjangkau kelompok tersebut?
Sebagai generasi yang berada di rentang usia produktif dan tumbuh di tengah-tengah era digital dan internet, tentunya kaum milenial membutuhkan layanan perbankan yang mudah diakses, cepat, terhubung dengan internet dan berbagai aplikasi lain yang mereka gunakan, sehingga pada akhirnya dapat mendukung produktivitas. Bank DBS Indonesia sangat memahami kebutuhan ini, maka kami meluncurkan digibank pada tahun 2017 di mana nasabah dapat mengakses tabungan, deposit, investasi, kartu kredit, dan pinjaman melalui satu aplikasi.
Untuk memudahkan akses kepada masyarakat luas terhadap produk untuk mengelola keuangan, Bank DBS Indonesia juga memiliki Wealth Democratization Campaign yang memungkinkan nasabah untuk mulai berinvestasi reksa dana hanya dengan Rp100.000 serta deposito dan obligasi mulai dari Rp1.000.000.
Selain itu, kami menyadari bahwa tingkat financial literacy di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Maka, seperti yang sudah disebutkan di atas, kami memiliki program People of Purpose untuk memberi edukasi perihal keuangan bagi kaum milenial.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: