Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diskusi Panel PE-VC Summit 2022: Perkembangan Digitalisasi Keuangan bagi Usaha Mikro Menengah

Diskusi Panel PE-VC Summit 2022: Perkembangan Digitalisasi Keuangan bagi Usaha Mikro Menengah Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perkembangan teknologi dan digitalisasi layanan keuangan terutama di sektor usaha mikro dan menengah merupakan bagian dari inklusi keuangan digital yang menuntut peranan finansial teknologi. LinkAja melalui Deal Street Asia mengusung diskusi panel berskala internasional Indonesia Private Equity-Venture Capital (PE-VC) Summit 2022 bertajuk The Financial Inclusion Opportunity in the digitalisasion of MSMEs beberapa waktu lalu.

Melansir dari siaran resminya, Kamis (24/03), Wibawa Prasetyawan, PLT CEO LinkAja, memaparkan peluang inklusi keuangan di tengah era digitalisasi UMKM bersama para pakar lain, yaitu Pandu Sjahrir, Chairman of the Indonesian Fintech Association (AFTECH); Eddi Danusaputro, Chief of Executive Officer Mandiri Capital Indonesia; dan Aldi Haryopratomo, Board of Commissioner Halodoc, Efishery, & Mapan.

Baca Juga: Jungheinrich Dorong Transformasi Digital untuk Turunkan Biaya Logistik di Indonesia

Euromonitor International, melalui studi dan analisisnya, memaparkan bahwa perdagangan yang tidak terorganisasi masih mendominasi di sejumlah negara Asia Tenggara dan merupakan penggerak penyerapan tenaga kerja yang signifikan. Tercatat ada penyerapan sebesar 27,8% dari total populasinya, termasuk Indonesia dengan jumlah UMKM-nya yang sangat besar dan umumnya dimiliki dan dikelola oleh keluarga.

Dalam diskusi panel tersebut, dipaparkan juga hasil riset Deal Street Asia kepada lebih dari 1.000 UMKM di sejumlah propinsi di Indonesia yang menunjukkan bahwa saat ini dompet digital (e-wallet) merupakan metode pembayaran kedua yang paling digemari, setelah uang tunai, oleh para konsumen bisnis UMKM masing-masing sebesar 25% dan 72%.

Bagi pelaku UMKM sendiri, penggunaan dompet digital dianggap lebih nyaman ketimbang penggunaan layanan perbankan tradisional. Alasan terbesar karena penggunaan dompet digital memudahkan dalam pengadaan barang, penanganan transaksi dengan pelanggan, serta transfer uang dengan beban biaya yang lebih efisien dibanding penggunaan layanan bank.

Menyadari peningkatan potensi penggunaan layanan keuangan digital membuat Wibawa Prasetyawan menjelaskan LinkAja makin memperkuat dukungannya dalam memfasilitasi kebutuhan kedua sisi sekaligus, yaitu merchant dan konsumen di dalam suatu ekosistem rantai pasok yang merupakan mitra bisnis LinkAja.

Saat ini LinkAja tengah memfasilitasi transaksi keuangan digital di dalam ekosistem rantai pasok pada bisnis DigiPOS (Telkomsel), Sampoerna Retail Community (SRC), dan akan mereplikasikannya ke sejumlah ekosistem mitra strategis lainnya, terutama rantai pasok BUMN.

"Dengan berfokus pada ekosistem tersebut, kami yakin bisa mewujudkan unit economics yang baik. Dalam beberapa bulan terakhir saja, kami melihat adanya peningkatan pada CLV (customer lifetime value) dan penurunan CAC (customer acquisition cost). Lalu, dengan menjadi penghubung antara merchant dan pelanggan, LinkAja tidak hanya memfasilitasi aktivitas transaksinya saja, tetapi juga memungkinkan principal untuk bisa mengetahui lebih jauh tentang para merchantnya, misalnya KYC dan kemampuan finansialnya," terangnya.

Ia juga menjelaskan layanan pembiayaan yang direncanakan oleh LinkAja akan diwujudkan terlebih dahulu di dalam ekosistem rantai pasok bisnis yang dijalankan oleh bisnis BUMN, terutama di level UMKM. Ekosistem ini memiliki risiko yang lebih rendah karena ada visibilitas dari data transaksi pembayaran dan hubungan yang kuat dengan BUMN sebagai principal.

Mengenai perkembangan pembayaran elektronik semenjak diregulasi oleh Bank Indonesia lebih dari satu dekade lalu, Eddi Danusaputro memberikan pandangannya sebagai pelaku jasa sektor keuangan. "Kecepatan pengadopsian jenis transaksi elektronik di tengah masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota tier 1 tidak sama cepatnya dengan penduduk di wilayah lainnya. Teknologi serta infrastrukturnya sangat berpengaruh, misalnya dalam hal kepemilikan dan penggunaan ponsel pintar," katanya.

Lebih lanjut lagi ia menambahkan bahwa dalam perspektif investor, besaran keutungan yang didapatkan dari layanan pembayaran sangatlah kecil atau bahkan hampir nihil, tetapi menyadari bahwa layanan ini adalah kebutuhan sehari-hari, menjadi langkah yang tepat untuk menumbuhkan basis pelanggan.

Terkait tren berinvestasi, Pandu Sjahrir, yang juga merupakan Board of Member Indonesia Stock Exchange menyampaikan adanya tren peningkatan berinvestasi. Dalam kurun waktu 18 bulan terakhir, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan adanya kenaikan signifikan terhadap jumlah investor retail, terutama segmen muda.

"Segmen ini juga lebih memiliki wawasan terhadap apa yang diinvestasikan, termasuk saham. Yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah lebih banyak lagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa, yang memiliki kinerja yang berkualitas dan profitabilitas yang baik," ujarnya.

Selanjutnya, juga dibahas mengenai akses ke layanan keuangan digital yang lebih luas turut diwujudkan melalui penggunaan QRIS yang difasilitasi oleh Bank Indonesia. Tujuannya agar makin meningkatkan efisiensi transaksi secara digital sejak 2019. Hingga saat ini jumlah penggunanya sudah mengalami peningkatan hingga lebih dari 10 juta dan akses transaksi QRIS ini juga turut difasilitasi oleh LinkAja.

Aldi Haryopratomo berpendapat bahwa kemudahkan akses dan penggunaannya memungkinkan lapisan masyarakat yang ada di taraf berpenghasilan rendah kini juga bisa ikut menggunakan QRIS. "Kehadiran QRIS mampu menjembatani penyedia layanan keuangan, baik itu pemodal, asuransi, manajemen aset dengan UMKM," sembari menambahkan, "data riwayat transaksi para merchant kini terekam dan memudahkan lembaga asuransi untuk menilai risiko para UMKM yang menggunakannya."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: