Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cimory Hadirkan Susu UHT Bebas Laktosa, Kebaikan Susu Sapi Bagi yang Tidak Toleran Laktosa

Cimory Hadirkan Susu UHT Bebas Laktosa, Kebaikan Susu Sapi Bagi yang Tidak Toleran Laktosa Kredit Foto: Cimory
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gejala intoleransi laktosa tergantung pada frekuensi dan jumlah laktosa yang dikonsumsi. Semakin banyak laktosa yang dikonsumsi, semakin banyak gejala yang akan dialami. Gejala intoleransi laktosa dapat terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah minum susu atau makan produk olahannya dan berkisar dari ringan hingga berat. 

Menurut National Institute of Diabetes dan Digestive and Kidney Disease (2014), gejala intoleransi laktosa yang terus berulang, akan berdampak terhadap kecukupan nutrisi karena susu dan produk olahannya mengandung nutrisi penting seperti kalsium, vitamin A, B12, dan vitamin D. Nutrisi lainnya seperti protein pada susu dan produk olahan susu, merupakan sumber nutrisi yang esensial bagi metabolisme.

Baca Juga: Berkat Jualan Cimory, Perusahaan Milik Konglomerat Bambang Sutantio Raup Cuan Ratusan Miliar

“Intoleransi laktosa bukan alergi susu. Keduanya memiliki gejala yang sama, namun kondisinya sama sekali berbeda. Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan sedangkan alergi susu melibatkan sistem kekebalan tubuh. Jadi, sementara intoleransi laktosa dapat menyebabkan banyak ketidaknyamanan, itu tidak akan menghasilkan reaksi yang mengancam jiwa sebagaimana yang mungkin dihasilkan oleh alergi,” jelas dr. Adam Prabata, dokter umum.

Tubuh menggunakan enzim alami yang disebut laktase untuk mengubah laktosa pada produk susu dan olahannya, menjadi glukosa dan galaktosa agar kemudian bisa diserap dan digunakan sebagai sumber energi. Pada penderita intoleransi laktosa, tubuh tidak menghasilkan enzim laktase dalam jumlah yang cukup.

Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna, masuk ke usus besar dan terfermentasi oleh bakteri. Kondisi ini menimbulkan keluhan seperti perut kembung, kram perut, mual, diare dan sering buang angin. Sementara alergi susu terjadi akibat reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terdapat pada susu. Bukan hanya gangguan saluran pencernaan, alergi susu juga dapat menimbulkan reaksi atau gejala lainnya, seperti ruam kemerahan yang terasa gatal dan sesak napas. 

“Kemungkinan besar, intoleransi laktosa bersifat jangka panjang dan penderita perlu mengubah pola makan mereka untuk menghindari gejala. Bagaimana penanganan intoleransi laktosa tergantung pada sejauh mana gejala Anda. Untuk membantu meringankan gejala jika atau ketika Anda mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa, dokter Anda dapat merekomendasikan suplemen enzim laktase yang dijual bebas. Namun, intoleransi laktosa tidak berarti Anda tidak bisa menikmati produk susu dan olahannya. Anda masih bisa mengonsumi produk susu bebas laktosa termasuk susu bebas laktosa, keju, dan yogurt,” lanjut dr. Adam Prabata.

Farell Sutantio selaku Presiden Direktur Cimory menjelaskan, “Cimory sebagai produsen produk makanan dan minuman kemasan berbasis susu, mengedepankan riset, inovasi dan ilmu pengetahuan sehingga sebagai perusahaan, Cimory bisa terus beradaptasi dengan perubahan dan tren yang terjadi."

"Kebanyakan orang dewasa atau sekitar 68% dari populasi dunia, mengalami malabsorpsi laktosa. Intoleransi laktosa dapat membuat Anda sangat tidak nyaman, tetapi perubahan kecil dalam pola makan Anda dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Dalam hal ini, produk terbaru Cimory menjadi hadir sebagai solusi dengan Susu UHT Cimory Bebas Laktosa untuk mendukung kecukupan nutrisi Anda yang tidak toleran laktosa."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: