Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Dia Nih 3 Hoax dari Pesaing Minyak Sawit, Simak!

Ini Dia Nih 3 Hoax dari Pesaing Minyak Sawit, Simak! Kredit Foto: Siaran Pers/PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perkembangan minyak sawit dunia khususnya di Indonesia telah meningkatkan persaingan global antar minyak nabati. Berbagai bentuk persaingan tidak sehat melalui kampanye negatif telah dialami minyak sawit sejak awal tahun 1980-an.

Melansir laman Palm Oil Indonesia pada Selasa (5/4), ada tiga hoax dari pesaing minyak sawit untuk menjatuhkan citra industri sawit

Baca Juga: Dukung Percepatan Target EBT, PLTU Ini Manfaatkan Limbah Sawit Sebagai Bahan Bakar

1. Hoax: Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Merupakan Monokultur Terluas di Dunia 

Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada 2016 yakni sekitar 11,6 juta hektar, lebih kecil daripada kebun kacang kedelai yang dimiliki oleh negara-negara produsen utama minyak kedelai. Sementara di Amerika Serikat, luas kebun kedelai yakni 33,6 juta hektar dan Brazil sekitar 33,8 juta hektar atau berarti tiga kali lebih luas dari kebun sawit Indonesia. Sementara secara nasional, tanaman padi masih lebih luas daripada kebun sawit.

“Dengan demikian, perkebunan kelapa sawit Indonesia bukanlah komoditi monokultur terluas di dunia baik antar jenis komoditi maupun dalam kelompok komoditi tanaman minyak nabati dunia,” catat laman Palm Oil Indonesia. 

2. Hoax: Perkebunan Sawit Menggunakan Pupuk Kimia dan Residu Lebih Tinggi Dibandingkan Minyak Nabati Lain

Kegiatan pertanian pada umumnya menggunakan pupuk kimia seperti pupuk nitrogen, fosfor dan kalium, serta menggunakan pestisida. Penggunaan pupuk yang tinggi, umumnya berkolerasi dengan polusi residu pupuk, baik di tanah maupun di air. Data FAO mencatat, minyak kedelai merupakan minyak nabati yang paling tinggi menggunakan pupuk N, P, K, pestisida maupun energi fosil. Urutan kedua adalah minyak rapeseed. Akibatnya polusi residu pupuk dan pestisida di dalam tanah dan air juga lebih tinggi pada perkebunan penghasil minyak kedelai dan minyak rapeseed. Sedangkan minyak sawit menggunakan pupuk, pestisida dan energi fosil yang relatif rendah sehingga polusi residu ke dalam tanah dan air di perkebunan kelapa sawit juga relatif rendah.

3. Hoax: Perkebunan Sawit Lebih Ekspansif dari Tanaman Minyak Nabati Lain

Ekspansi perkebunan sawit dunia jauh lebih rendah dibandingkan ekspansi perkebunan tanaman penghasil minyak nabati yang lain seperti kedelai, bunga matahari, dan rapeseed. Dalam periode 1965-2016, luas areal tanaman kedelai dunia meningkat seluas 96,17 juta hektar. Demikian juga tanaman rapeseed dan tanaman bunga matahari berturut-turut meningkat 26,59 juta dan 17,15 juta hektar pada periode yang sama. Sedangkan peningkatan luas areal kelapa sawit hanya sekitar 16,61 juta hektar atau hanya 17 persen dari tambahan areal kedelai.

Baca Juga: Ini Nih 5 Efek yang Jadi Biang Keroknya Harga Sawit Melambung Tinggi, Simak!

“Dengan demikian, tanaman penghasil minyak nabati yang paling ekspansif adalah kedelai, rapeseed, dan bunga matahari. Sedangkan ekspansi perkebunan kelapa sawit relatif kecil dibandingkan perkebunan penghasil minyak nabati lainnya tersebut,” catat laman Palm Oil Indonesia. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: