Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah, ikut menyoroti polemik pemecatan dokter Terawan Agus Putranto oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Fahri Hamzah menyebut ini saatnya dokter Terawan dan para pendukungnya melayani perdebatan ilmiah.
Debat ilmiah di antara para akademisi di dunia kedokteran dan pengobatan lanjut Fahri Hamzah, sangat diperlukan. Bahkan, Fahri Hamzah menegaskan satu-satunya cara mendewasakan dunia medis adalah dengan keberanian berdebat dan berbeda pendapat.
Baca Juga: Malah Pecat Dokter Terawan, "Rakyat Sedang Susah, IDI Jangan Buat Gaduh!"
"Seorang dokter biasanya hanya memiliki 2 senjata, yaitu itu jarum suntik dan Pena. Tapi seorang dokter yang tidak saja memiliki jarum suntik dan pena tetapi juga senjata api tentu langsung atau tidak langsung akan menciptakan kan anomali dalam dunia akademik dan kedokteran," cuit @Fahrihamzah pada Rabu (6/4/2022).
Fahri Hamzah menambahkan, seorang dokter biasanya memakai jubah putih berkalung stetoskop. Hal ini menciptakan suasana yg bersih dan tenang.
"Tapi jika seorang dokter berbaju loreng dan berselempang mesiu dan senjata api itu akan menciptakan suatu yg dunia kedokteran kita harus bisa jelaskan. Itu tantangan IDI," lanjut Fahri dalam cuitannya.
Terawan, terang Fahri, adalah mantan seorang menteri dan pernah menjadi tim Dokter Presiden RI. Karena itu, pada dirinya melekat pengaruh kekuasaan yang sadar atau tidak pasti memengaruhi independensi profesi kedokteran dan dunia akademik.
"Kita hormat kepada IDI yg berani membuka diri untuk sebuah perdebatan. Tapi Terawan harus diberikan waktu dan kesempatan untuk membela diri di hadapan mimbar akademik dan dan juga peradilan etika kedokteran IDI. Tapi apabila kesempatan itu tidak digunakan, maka sejarah akan menguji siapa yang akan lebih relevan. Only story will tell, kata orang," tulis Fahri lagi.
Menurutnya, urusan para jenderal dan pejabat yang merasa ditolong cuci otak adalah urusan mereka sendiri. Tapi urusan keselamatan publik, kata Fahri, tunduk pada etika sains berabad-abad lamanya.
"Setuju dengan argumen penulis. Antisains mewabah di masyarakat feodal. Gagal berargumen lalu memakai kekuasaan. Dokter Terawan adalah korban pejabat dan politisi anti sains, mereka mendukung beliau sampai menjadi menteri tanpa alasan yang jelas. Setelah itu beliau juga dicopot dengan alasan yang tidak jelas. Tiba2 Beliau dijadikan pahlawan oleh para pejabat yang berkuasa," paparnya.
Fahri melanjutkan jika orang-orang mencintai dokter Terawan, seharusnya bisa mempertahankannya untuk menyampaikan kepada masyarakat akademik temuan dan terobosannya. "Tapi kenapa sekarang jadi biarkan teriak jadi pahlawan di pinggir gelanggang?" pungkas Fahri.
Seperti diberitakan, mantan Menteri Kesehatan (Menkes) dokter Terawan Agus Putranto diberhentikan secara permanen dari anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Terawan dipecat salah satunya dikarenakan melakukan promosi Vaksin Nusantara sebelum penelitiannya selesai.
Hal itu tertuang surat tertanggal 8 Februari 2022 Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat IDI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: