Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Memanas, Sirene Peringatan Meraung-raung saat Israel Balas Serangan Roket ke Gaza

Memanas, Sirene Peringatan Meraung-raung saat Israel Balas Serangan Roket ke Gaza Kredit Foto: Anadolu Agency/Ali Jadallah

Hasutan hingga provokatif

Lonjakan ketegangan di Yerusalem baru-baru ini juga bertepatan dengan bulan suci Ramadan sekaligus festival Paskah Yahudi.

Kompleks Masjid Al-Aqsa dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount - situs tersuci dalam Yudaisme dan tersuci ketiga dalam Islam.

Orang-orang Palestina telah meluapkan kegeramannya dengan kunjungan berulang kali ke situs tersebut oleh para penyembah Yahudi, yang diizinkan masuk tetapi tidak boleh berdoa di sana.

Pemerintah Naftali Bennett berulang kali mengatakan bahwa pasukan keamanan Israel memiliki 'kebebasan' untuk menangani para demonstran.

Pada Minggu, Hamas memberi peringatan, mengatakan bahwa Al-Aqsa hanya milik warga Palestina.

"Al-Aqsa adalah milik kita dan milik kita sendiri," kata Hamas, bersumpah akan membela hak Palestina untuk berdoa di sana.

Keesokan harinya, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan keprihatinannya tentang ketegangan yang terjadi. Price menambahkan bahwa para pejabat senior Amerika Serikat telah menjalin kontak melalui telepon dengan rekan-rekan mereka dari Israel, Otoritas Palestina, dan negara-negara Arab.

"Kami telah mendesak semua pihak untuk menjaga status quo bersejarah di kompleks Al-Aqsa dan menghindari langkah-langkah provokatif," katanya.

Pada  hari yang sama, Yordania menyampaikan protesnya terhadap Israel atas kekerasan di masjid suci. 

"Kami telah memanggil kuasa usaha Israel untuk menyampaikan pesan protes kami atas pelanggaran Israel yang tidak sah dan provokatif di Masjid Al-Aqsa yang diberkati," kata kementerian luar negerinya dalam sebuah pernyataan.

Yordania memiliki peran sebagai penjaga tempat-tempat suci di Yerusalem timur, termasuk Kota Tua, yang diduduki Israel pada tahun 1967 dan kemudian dicaplok dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar masyarakat internasional.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: