Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fakta-fakta Rasmus Paludan, Pembakar Al-Qur'an yang Bikin Muslim Geram

Fakta-fakta Rasmus Paludan, Pembakar Al-Qur'an yang Bikin Muslim Geram Kredit Foto: Reuters/Ritzau Scanpix/Mads Claus Rasmussen
Warta Ekonomi, Stockholm -

Sebuah kelompok ekstremis Denmark, Partai Stram Kurs (Garis Keras) kembali membuat heboh banyak pihak di seluruh dunia.

Stram Kurs kembali berulah dengan melaksanakan aksi membakar kitab suci umat Islam, Al Quran di kota Fredericia. Bukan hanya itu, pembakaran salinan Al Quran terbaru ini dipimpin langsung oleh pemimpin partai, Rasmus Paludan.

Baca Juga: Mesir Kutuk Penyalahgunaan Al-Qur'an yang Dibakar Ekstremis di Swedia

Akhirnya, sosok Paludan kembali menjadi ramai diperbincangkan warganet. Nah, untuk mengenal sosok Rasmus Paludan, berikut ulasan selengkapnya yang disadur dari berbagai sumber. 

1. Punya Latar Belakang Pendidikan dan Pekerjaan Mumpuni

Meski berpandangan ekstrem, Paludan berhasil meraih gelar sarjana hukum pada usia 25 tahun, dan bahkan Paludan menjadi lulusan ke-9 dengan nilai rata-rata tertinggi. Padahal, sedikitnya 187 mahasiswa hukum lainnya lulus bersamaan dengan Paludan saat itu.

Dikenal karena kecerdasannya, Paludan sering menjadi pengacara pembela untuk mengatasi kasus-kasus dari pengkritik sistem hingga pendukung ganja medis. Selain itu, ia disebut-sebut terlibat dalam beberapa kasus yang melibatkan migran suaka.

Paludan juga pernah bekerja sebagai dosen hukum perdata dan properti di Fakultas Hukum Universitas Kopenhagen. Jabatan Dosen Hukum dilaksanakan oleh Paludan setidaknya selama 3 tahun, yaitu dari bulan September 2015 sampai dengan Agustus 2018.

2. Lahir dari Keluarga Penulis 

Selain sejarah pendidikan hukumnya yang kuat, Paludan juga memiliki latar belakang keluarga sebagai penulis. Ayahnya adalah Thomas Polvar, seorang jurnalis dari Swedia.

Juga, saudara perempuannya Tine Paludan dikenal di negara ini sebagai salah satu penyair populer. Kemudian saudara lainnya, Martin Paludan, juga dikenal sebagai penulis dan konsultan komunikasi.

3. Menjadi Politisi dan Mendirikan Partai 'Anti-Islam'

Setelah menjadi pengacara, Paludan akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan mendirikan Stram Kurs pada tahun 2017. Jika diartikan, Stram Kurs sendiri memiliki arti “Hard Line” atau Garis Keras.

Seperti namanya, Stram Kurs dikenal karena keterbukaan mereka dalam menentang Islam. 

Baca Juga: Duduk Perkara Pembakaran Al-Qur'an di Swedia yang Picu Kerusuhan Massal

Banyak agenda partai dilaporkan bahkan berpusat di sekitar anti-Islam, narasi anti-imigran, dan tindakan provokatif serta ofensif terhadap Muslim.

Beberapa media juga mengungkapkan bahwa Paludan dan partai sayap kanannya sangat fontal dalam menyerukan deportasi semua Muslim dari Denmark. 

Akibatnya, Paludan sering mengatakan kepada pendukungnya bahwa Denmark hanya untuk "orang Denmark". Selain itu, Paludan dan pengikutnya menggelar puluhan demonstrasi dan menggunakan platform media sosial untuk mengekspresikan misi mereka.

"Musuh adalah Islam dan Muslim. Hal terbaik adalah jika tidak ada satu pun Muslim yang tersisa di bumi ini. Kemudian kami akan mencapai tujuan akhir kami," ucap salah satu retorika Paludan seperti dilansir oleh Daily Mail.

4. Stram Kurs Sedot Perhatian Publik Usai Menodai Kitab Suci Al Qur'an

Paludan dan Stram Kurs sudah terkenal sejak April 2019 karena beberapa video demonstrasinya yang diunggah lewat kanal YouTube miliknya. Dalam aksi tersebut, Paludan juga suka membuat marah umat Islam, seperti melukis sketsa Nabi Muhammad SAW.

Paludan juga semakin sukses menarik perhatian 14 April lalu.  Ketika itu, ia menggelar demonstrasi di Norrebro Kopenhagen, sebuah daerah di mana banyak imigran dan Muslim tinggal. Saat itu, diketahui Paludan akan melemparkan Al-Qur'an ke udara dan membiarkannya jatuh ke tanah.

Pada kesempatan lain, Paludan dikabarkan membakar Al Quran dan mengolesinya dengan daging babi asap.

5. Gagal Jadi Anggota Parlemen

Reputasi Stram Kurs, terutama di kalangan remaja, gagal membawa Paludan ke kursi parlemen. Dalam laporan Juni 2019, BBC bahkan menyebutkan bagaimana Stram Kurs hanya memenangkan 1,8% suara dalam pemilihan nasional.

Angka yang diperoleh Stram Kurs jelas tidak sepadan, karena untuk masuk ke parlemen, jumlah pemilih minimal 2%.

6. Diancam Berbagai Dakwaan Hingga Jadi Target Penyerangan

Provokasi Paludan bukan tanpa risiko. Paludan menghadapi 14 dakwaan pada 2019, termasuk tuduhan atas tindakan rasisme, pencemaran nama baik, hingga mengemudi berbahaya.

Akibat berbagai dakwaan tersebut, Paludan akhirnya dilarang berpraktik hukum selama tiga tahun. Tak hanya itu, ia juga dilarang mengemudi selama satu tahun. 

Kemudian pada Maret 2020, partainya dilarang mengumpulkan surat pernyataan pemilih baru hingga September 2022. Kemudian, pada Juni 2020, Paludan juga divonis hukuman selama tiga bulan penjara, dengan masa penangguhan selama dua bulan. 

Selain itu, Paludan kerap menjadi sasaran, terutama saat aksi unjuk rasa digelar. Misalnya, pada Juni 2019, Paludan dilempari batu oleh seorang warga Suriah berusia 24 tahun. Paludan hampir ditikam oleh seorang pria berusia 52 tahun selama demonstrasi di Aarhus Juni lalu. Ia diselamatkan ketika polisi menembak penyerang di kaki.

7. Kerap Membuat Kerusuhan Hebat Hingga Dicekal oleh Swedia

Tidak jelas berapa banyak pengikut atau anggota Stram Kurs. Namun, demonstrasi yang dilaksanakan oleh Stram Kurs dan Paludan sering terjadi tandingan massa sampai menimbulkan kerusuhan.

Salah satu kerusuhan terbaru tentu saja adalah saat anggota dari Stram Kurs melaksanakan aksi bakar Al Quran di Malmo Swedia, Agustus lalu. 

Ketika itu, protes melawan Stram Kurs hingga diikuti lebih dari 300 orang. Laporan mengatakan tentang bagaimana para pengunjuk rasa hingga nekat melemparkan benda ke arah petugas kepolisian sampai membakar ban mobil.

Walau tidak ikut ke dalam aksi pembakaran Al Quran ini, tapi Paludan sendiri dilaporkan sudah dicekal dan dilarang ke Swedia selama dua tahun. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: