"Yang membedakan penataan kota di negara maju, semua sungai yang melewati kota pasti ditata. Kalau kita masih menganggap sungai itu hanya tempat air mengalir," ujarnya.
Dengan revitalisasi ini, Emil berharap sungai memiliki fungsi sosial sehingga berdampak juga terhadap kondisinya. Jika penataan sungai dilakukan dengan baik, masyarakat bisa bersosialisasi meski hanya sekadar berkumpul dan berbincang.
Baca Juga: Dukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur, Dirut PT PII Raih Penghargaan “Indonesia Best CEO”
"Di mana ada persentuhan sungai dengan kepadatan manusia, harus ada penataan. Ciri kota bahagia, orangnya sering nongkrong. Kalau warganya suka di rumah saja, kotanya dianggap enggak nyaman. Makanya perbanyak juga trotoar, pohon-pohon agar teduh," jelasnya.
Adapun, Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Dikky Achmad Sidik menjelaskan, revitalisasi segmen I ini sudah dilakukan sejak 2019. Namun terkendala akibat pandemi virus korona. "Dilanjutkan kembali 2021," katanya.
Baca Juga: Didamping Menteri PUPR, Jokowi Tinjau Proyek Normalisasi Sungai Sekitar Candi Muaro Jambi
Menurutnya, penataan segmen I ini dilakukan di sisi utara, seperti dengan membangun ruang terbuka publik di pelataran. "Pembuatan plaza dan pagar pembatas Kalimalang," ucapnya.
Sementara itu, pada sisi selatan Sungai Kalimalang akan dibangun ampitheater. "Lalu dibuat akses pedestrian yang menghubungkan sisi selatan maupun utara," katanya.
Meski begitu, dia mengakui terdapat pembangunan jembatan yang belum selesai pada tahap I ini. "Sedang berjalan. Tapi secara fungsional, yang ada sekarang sudah berfungsi," kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: