Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

China Yakin Hubungan Filipina Semakin Kuat di Bawah Putra Diktator

China Yakin Hubungan Filipina Semakin Kuat di Bawah Putra Diktator Kredit Foto: Reuters/Eloisa Lopez
Warta Ekonomi, Beijing -

Duta Besar China untuk Filipina Huang Xilian mengatakan hubungan bilateral China-Filipina akan semakin kuat di bawah pemerintah Ferdinand Marcos Jr. Hal ini ia sampaikan dalam unggahannya di Facebook, Kamis (12/5/2022).

Dalam unggahan tersebut, Xilian mengatakan China menantikan kerja sama erat dengan pemerintah presiden Filipina selanjutnya.

Baca Juga: China Berkomitmen untuk Bersahabatan dan Bekerja dengan Filipina

Sebelumnya pengamat politik dan mantan peneliti di Departemen Luar Negeri Filipina Andrea Chloe Wong mengatakan, tren hubungan Filipina-Amerika Serikat (AS) akan tergantung pada bagaimana Presiden AS Joe Biden menanggapi kembalinya dinasti Marcos ke tampuk kekuasaan.

Di satu sisi, kata dia, Biden memiliki kepentingan geostrategis di Filipina dan sisi lain ia harus menyeimbangkannya dengan promosi gagasan ideal demokrasi dan hak asasi manusia Amerika.

“Bila ia memilih itu, ia mungkin akan mengisolasi pemerintahan Marcos, jadi pasti ini akan sulit menyeimbangkan tindakan untuk Filipina, dan pendekatan Marcos pada AS akan sangat tergantung pada bagaimana Biden akan terlibat dengannya,” ujar Wong.

Pada 10 Mei lalu Ferdinand Marcos Jr atau yang dikenal Bongbong memenangi pemilihan umum Filipina. Putra mendiang diktator Ferdinand Marcos itu duduk di kursi kekuasaan 36 tahun setelah rakyat Filipina menumbangkan ayahnya lewat revolusi people power yang bersejarah.

Bongbong berhasil mengalahkan lawan terberatnya, mantan wakil presiden Leni Robredo. Ia menjadi kandidat pertama dalam beberapa dekade terakhir yang memenangkan mayoritas langsung pemilihan presiden di Filipina. Bongbong pun membawa kembali dinasti Marcos ke tampuk kekuasaan.

Marcos diasingkan ke Hawaii bersama keluarganya selama revolusi rakyat tahun 1986. Gejolak politik itu mengakhiri 20 tahun kekuasaan otokratik ayahnya. Ia kemudian kembali ke Filipina pada tahun 1991 lalu menjabat sebagai anggota Kongres dan Senat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: