Tanya Respons Ganjar Pranowo, Dedi Mulyadi ke Crazy Rich Grobogan: Gak Nyalon Gubernur Jateng Kan?
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi kembali bertemu dengan teman lamanya Joko Suranto yang kini lebih dikenal dengan pengusaha berjuluk Crazy Rich Grobogan. Kali ini keduanya bertemu di rumah Joko di daerah Solo. Pertemuan keduanya dipenuhi dengan obrolan "daging", mulai dari keluarga, pekerjaan, hingga sejumlah filosofi kehidupan yang penuh nilai kebaikan.
Joko lahir dan besar di Kabupaten Grobogan. Ia kemudian melanjutkan pendidikan SMP hingga kuliah di Solo. Kini, ia pun terkenal sukses sebagai pengusaha properti dan memiliki kantor pusat di Kota Bandung. Nama Joko Suranto pun mendadak viral setelah ia membangun jalan senilai miliaran rupiah di kampung halamannya Kabupaten Grobogan. Hal itu pula yang membuatnya kini dikenal sebagai Crazy Rich Grobogan.
Baca Juga: Terawan Dipecat, Dedi Mulyadi: Tak Akan Melunturkan Kepercayaan Publik
"Sekarang jalan itu dilewati oleh anak-anak, dewasa, kakek-nenek, orang hamil, siapa pun bisa lewat jalan itu. Boleh dong kalau kita sebut bikin jalan itu ibadah," ucap Kang Dedi Mulyadi, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (15/5/2022).
Menurut Joko, ia tidak hanya membuat jalan di kampung halamannya saja. Di sejumlah tempat yang terdapat proyek perumahan miliknya selalu dibuatkan yang sama. "Setiap kita membuat perumahan kita harus membawa manfaat bagi warga sekitar, salah satunya membangun jalan," kata Joko.
"Jarang pengembang kaya gini. Banyak pengembang perumahan yang jangankan jalan menuju perumahannya, jalan di perumahannya saja kadang jarang diperbaiki. Paling aspal sedikit terus kantornya (pengembang) hilang," timpal Dedi.
Saat ditanya soal respons Bupati Grobogan, Joko mengaku telah datang langsung ke kantornya pada saat Lebaran kemarin. Pada pertemuan tersebut, ia tidak banyak membahas soal jalan, tetapi lebih kepada mengajak pada kebaikan.
"Pada prinsipnya soal pembangunan itu saya minta maaf kalau ada kekurangan, tapi pada intinya insyaallah jadi kebaikan bersama," tutur Joko.
Dedi pun kembali menanyakan soal respons Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Menurut Joko, ia kerap berkomunikasi dengan Ganjar karena sudah dikenalnya juga sejak lama. "Tapi Mas (Joko) gak nyalon Gubernur Jateng kan?" tanya Dedi.
"Saya bukan orang politik, politik bukan dunia saya, itu mungkin dunia Kang Dedi dan Mas Ganjar. Dunia saya itu dunia kebaikan," jawab Joko.
Selain membicarakan soal jalan yang viral, Joko juga menceritakan soal kehidupan keluarganya. Ia menikah dengan Taufiana Hidayati dan dikarunia tiga orang anak yang terdiri dari dua laki-laki dan seorang perempuan.
Pertemuannya dengan sang istri pun cukup unik. Awalnya ia dikenalkan oleh koleganya yang saat itu pernah membantu dalam pengurusan pembelian rumah lelang. Ia pun dikenalkan dengan Taufiana pada 25 Juli dan menikah pada 12 September atau sekitar 1 bulan 17 hari dari hari pertama bertemu.
"Jadi ini kaya dongeng ya, beli rumah dapat istri," canda Kang Dedi yang disambut tawa oleh Joko.
Namun, kata Joko, saat itu ada tiga hal yang disampaikan pada sang istri sebelum menikah. Pertama Joko adalah orang yang akan membawa dan mengurus orang tuanya, kedua ia adalah sosok yang memiliki sikap berkaitan dengan risiko ekonomi. Terakhir, ia berkomitmen akan banyak membantu orang.
"Jadi dari awal sudah clear tidak ada masalah. Alhamdulillah kita dengan keikhlasan, keterbukaan, dibangun kebersamaan jadi semua tidak pernah berhitung. Kebaikan itu jalankan saja menjadi nilai bersama sehingga menjalaninya tanpa paksaan," ucap Joko.
Kang Dedi pun kemudian bertanya apakah Joko tidak takut rugi karena terus berbagi? "Justru saya takut rugi kalau tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat baik, keburu mati nanti. Kalau janji manusia bisa berbohong, tapi kalau janji Allah pasti ditepati maka lakukan," jawab Joko.
Bagi Kang Dedi, apa yang dilakukan Joko Suranto selama ini sejalan dengan dirinya. Sebab, Dedi memiliki prinsip dan selalu menginspirasi banyak orang bahwa berbagi tidak akan mengurangi. "Jadi, bagi mereka yang sering berbagi jangan takut kehilangan rezeki karena berbagi tak akan mengurangi," ucap Dedi.
"Tiga yang menentukan keberhasilan: profesionalisme, keikhlasan, tidak pernah merasa rugi kalau berbagi kebaikan. Setiap orang yang meninggal putus amalnya, kecuali tiga, ilmu yang bermanfaat, harta yang diamalkan, dan doa anak soleh. Dari Solo kita belajar kebajikan, kita belajar dari orang yang mengabdi pada orang tua dan mencintai orang tuanya, dan selalu berbagi karena itu tidak akan membuat miskin," pungkas Kang Dedi Mulyadi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: