Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Terkoreksi Jadi Momentum Saham Batubara Jadi yang Paling Seksi

Pasar Terkoreksi Jadi Momentum Saham Batubara Jadi yang Paling Seksi Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). IHSG ditutup melemah 4,42 persen atau 319,16 poin ke level 6.909,75 pada perdagangan bursa saham hari pertama usai libur Lebaran 2022. | Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau, naik tipis 0,7% setelah pekan lalu terperosok selama 5 hari perdagangan berturut-turut. 

Sejumlah saham masih dalam posisi koreksi dalam. Tidak pada harga wajarnya. 

"Ini momentum, beli saat pasar panik, jual pada saat pasar optimis," kata Investor Pasar Modal Yohan Hapdijaya, Selasa (17/5/2022). 

Baca Juga: Perkasa Se-Asia, IHSG Catat Apresiasi 0,70% pada Akhir Sesi Kedua

Yohan mengatakan saat ini saham di sektor komoditas menjadi yang paling menarik untuk dikoleksi. 

"Dari semua komoditas yang paling sexy batubara. Hari ini saham komoditas masih rally karena memang commodity supercycles," kata Yohan

Commodity supercycle, tambahnya, bukan hanya terjadi selama 1-2 bulan. Secara historis, siklus ini bisa berlangsung hingga satu dekade.

Data menunjukkan, tren kenaikan harga batubara terjaga. Diantaranya, kata dia, disebabkan oleh perang antara Rusia dan Ukraina masih belum selesai, yang berbuntut adanya sanksi dan embargo

Kedua, stok batu bara India kini pada level kritis. Pemerintah India berupaya memenuhi kebutuhan batu bara pembangkit listrik, saat ini terjadi lonjakan kebutuhan listrik di tengah gelombang panas di sana.

Baca Juga: Aksi Belanja Dominasi Perdagangan, IHSG Betah di Zona Hijau

Ketiga, China memangkas tarif impor untuk semua jenis batu bara menjadi nol pada 1 Mei 2022 hingga 31 Maret 2023. Hal itu dilakukan untuk memastikan keamanan energi di tengah lonjakan harga dan adanya kekhawatiran gangguan pasokan.

"Beli saham yang saat ini sedang tren. Tren saat ini komoditas, bukan teknologi. Back to old money," kata dia. 

Hal tersebut pun tercermin dari valuasi Raksasa perusahaan minyak Arab Saudi, Saudi Aramco menggeser Apple, menjadi perusahaan yang memiliki nilai valuasi tertinggi.

Nilai valuasi perusahaan Saudi Aramco sebesar USD 2,43 triliun, lebih tinggi dibandingkan Apple yang sebesar USD 2,37 triliun. Saham sektor teknologi di dalam negeri pun kini tengah tertekan. 

Yohan mengatakan investor tak perlu panik. Selama perusahaannya sehat, memiliki  fundamental bagus, penerapan tata kelola perusahaan alias good corporate governance/GCG yang baik. 

"Saat ada harga murah ya tambah," ungkapnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: