Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lewat FoLU Net-Sink 2030, Indonesia Serius Tangani Perubahan Iklim Dampak Pemanasan Global

Lewat FoLU Net-Sink 2030, Indonesia Serius Tangani Perubahan Iklim Dampak Pemanasan Global Kredit Foto: Instagram/jktinfo

Melalui visi yang disampaikan di dokumen LTS-LCCR, Indonesia akan meningkatkan ambisi pengurangan GRK melalui pencapaian puncak emisi GRK nasional tahun 2030, di mana sektor-sektor Forestry and Other Land Use (FoLU) sudah mencapai kondisi net sink, dengan capaian 540 Mton CO2e pada tahun 2050, dan dengan mengeksplorasi peluang untuk mencapai progres lebih cepat menuju emisi net-sink dari seluruh sektor pada tahun 2060.

Alue menjelaskan langkah maju dari sektor FoLU salah satunya adalah dengan terbitnya Keputusan Menteri (Kepmen) LHK Nomor 168 tentang FoLU NetSink 2030 untuk pengendalian perubahan iklim pada 24 Februari 2022.

Baca Juga: GPDRR 2022 Digelar, Menteri Basuki Ajak Delegasi Siapkan Antisipasi Pengurangan Perubahan Iklim

"Tingkat serapan emisi sektor FoLU ditargetkan sudah berimbang atau lebih tinggi dari pada tingkat emisinya (net sink)," katanya dalam acara Green Economy Indonesia Summit 2022: The Future Economy of Indonesia di Jakarta, Rabu (11/5/2022).

Lantas, apa itu FOLU Net Sink?

FOLU adalah singkatan forest and other land uses atau pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan. Dalam dokumen penurunan emisi atau nationally determined contribution (NDC), FOLU menjadi satu dari lima sektor program mitigasi krisis iklim. Adapun, FOLU net sink adalah keadaan ketika sektor lahan dan hutan menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskannya.

Baca Juga: Menuju FOLU Net Sink 2030, Indonesia dan Amerika Serikat Jalin Kerja Sama!

Sebagai siklus hidupnya, pohon menyerap karbon untuk mengubahnya menjadi oksigen dan glukosa melalui fotosintesis. Karbon yang ada dalam pohon akan menguap menjadi gas rumah kaca ketika ia terbakar, mati karena ditebang, atau membusuk. Deforestasi adalah penyebab 24% emisi global saat ini yang totalnya mencapai 51 miliar ton setahun.

Dalam hutan juga dikenal istilah siklus karbon hutan yang merujuk pada keadaan bergeraknya karbon secara dinamis antara atmosfer dengan hutan. Ruang antara bumi dan atmosfer akan melepaskan karbon dioksida sementara di dalam pohon sendiri terjadi penyerapan karbon. Karbon dioksida di atmosfer akan terserap oleh pohon melalui proses fotosintesis. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: