Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Agar Negara Gak Bubar, Sri Lanka Butuh 5 Miliar Dolar, China Pintar Ambil Kesempatan Ini

Agar Negara Gak Bubar, Sri Lanka Butuh 5 Miliar Dolar, China Pintar Ambil Kesempatan Ini Kredit Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte
Warta Ekonomi, Colombo -

Demi memastikan standar hidup dasar untuk warganya, Sri Lanka akan membutuhkan 5 miliar dolar AS selama enam bulan ke depan. Negosiasi dengan China tentang persyaratan pertukaran mata uang yuan senilai 1,5 miliar dolar untuk mendanai impor penting berlanjut.

"Untuk mengatasi gejolak tersebut, Sri Lanka akan membutuhkan sekitar 3,3 miliar dolar untuk impor bahan bakar, 900 juta dolar untuk makanan, 250 juta dolar untuk gas memasak dan 600 juta dolar lebih untuk pupuk tahun ini," kata Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe kepada parlemen Sri Lanka, dilansir Reuters.

Baca Juga: Mengulik Akar Krisis Ekonomi yang Melanda Sri Lanka, Penting buat Indonesia?

Bank sentral memperkirakan ekonomi akan berkontraksi sebesar 3,5% pada tahun 2022, kata Wickremesinghe, tetapi menambahkan bahwa ia yakin pertumbuhan dapat kembali dengan paket reformasi yang kuat, restrukturisasi utang dan dukungan internasional.

"Hanya membangun stabilitas ekonomi tidak cukup, kita harus merestrukturisasi seluruh perekonomian," kata Wickremesinghe.

"Kita perlu mencapai stabilitas ekonomi pada akhir 2023," katanya, yang mengerjakan anggaran sementara untuk menyeimbangkan keuangan publik yang babak belur.

Negara Samudra Hindia berpenduduk 22 juta itu sedang merundingkan paket pinjaman senilai sekitar 3 miliar dolar dari Dana Moneter Internasional (IMF), selain bantuan dari negara-negara seperti China, India, dan Jepang.

Pada Selasa (7/6/2022), kabinet menyetujui batas kredit 55 juta dolar dari Bank Exim India untuk mendanai 150.000 ton impor urea --persyaratan penting karena persediaan telah habis selama musim tanam saat ini.

"Petani tidak perlu khawatir tidak mendapat input untuk musim depan," kata juru bicara kabinet Bandula Gunawardena kepada wartawan, memperkirakan 150.000 ton urea akan dibutuhkan untuk siklus budidaya berikutnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: