Kerusuhan-kerusuhan Berbau Agama Paling Mematikan di India, Nomor 4 Bikin Bergidik
2. Kerusuhan Gujarat 2002
33 tahun kemudian, kerusuhan serupa kembali menimpa Gujarat, dengan skala kekerasan yang bahkan lebih mematikan. Kerusuhan pada tahun itu juga menjadi salah satu contoh paling menonjol dalam sejarah kerusuhan di India.
Setahun sebelum konflik terjadi, Gujarat dilanda gempa bumi dahsyat dengan kekuatan magnitudo 7,7. Bencana ini memporak-porandakan 300 ribu lebih bangunan, menewaskan 13.805-20.023 orang, termasuk 18 di Pakistan tenggara. Akibatnya, kerusuhan yang terjadi pada tahun 2002 jelas membuat pontang-panting India, yang sedang berusaha memulihkan diri.
Semua ketegangan komunal itu berawal ketika Sabarmati Express diserang massa hingga akhirnya dibakar di Godhra yang didominasi warga Muslim. Saat itu, kereta membawa ribuan Karsevaks atau peziarah Hindu, yang baru saja kembali dari Ayodhya, Uttar Pradesh. Dalam insiden yang terjadi pada 27 Februari itu, 59 peziarah akhirnya meninggal setelah terjebak dalam gerbong yang tebakar.
Yang terjadi kemudian adalah kegemparan besar dengan tuduhan kekerasan komunal. Inilah yang lantas memicu periode pembunuhan massal selama tiga hari. Korban tewas mencapai lebih dari seribu orang, termasuk perempuan, dan anak-anak dibantai hingga tewas.
Menurut angka resmi, kerusuhan berakhir dengan 1.044 tewas, 223 hilang, dan 2.500 terluka. Dari korban tewas, 790 adalah Muslim dan 254 Hindu.
Juga diyakini bahwa hampir 200 orang hilang dari negara bagian setelah itu. Laporan pembunuhan brutal, penjarahan hingga pemerkosaan juga bermunculan.
Peristiwa kelam pada tahun itu juga akhirnya menjadi noda yang terus menghantui PM Modi lantaran pada saat kerusuhan, ia menjabat sebagai Ketua Menteri Gujarat.
Juga oleh hanyak pengamat, kerusuhan di Gujarat 2002 lebih digambarkan sebagai pogrom alih-alih kerusuhan komunal.
Komisi yang dibentuk oleh Pemerintah Gujarat untuk menyelidiki pembakaran kereta api, sementara itu, menghabiskan waktu hingga 6 tahun untuk menyelidiki perincian kasus. Kesimpulan kemudian menyebut bahwa kebakaran itu dilakukan oleh massa Muslim yang terdiri dari 1-2 ribu orang.
3. Kerusuhan anti-Sikh atau Pembantaian Sikh (1984)
Kerusuhan Anti-Sikh tahun 1984 dimulai setelah Indira Gandhi, PM India saat itu dibunuh oleh pengawalnya yang beragam Sikh. Hal ini menyebabkan sejumlah besar kekacauan dan pertumpahan darah di Delhi serta bagian lain dari India, dengan sebagian besar kekerasan ditargetkan untuk kaum Sikh.
Pemerintah memberi perkiraan angka tewas hingga 3.350 di seluruh negeri. Sekitar 2.800 di antaranya dan bergama Sikh terbunuh di Delhi. Namun, sumber-sumber independen merilis jumlah kematian yang jauh lebih besar, mencapai hingga kisaran 8-17 ribu orang.
Sementara itu, sebanyak 2 ribu orang dilaporkan meninggal kota Delhi, yang lingkungan Sikh-nya paling terkena dampak.
Pembunuhan Indira Gandhi sendiri terjadi tak lama setelah ia memerintahkan Operasi Bintang Biru. Ini adalah aksi militer untuk mengamankan kompleks kuil Harmandir Sahib Sikh di Amritsar, Punjab, pada Juni 1984.
Operasi itu mengakibatkan pertempuran mematikan dengan kelompok Sikh bersenjata yang menuntut hak dan otonomi yang lebih besar untuk Punjab.
Sikh di seluruh dunia telah mengkritik tindakan tentara dan banyak yang melihatnya sebagai serangan terhadap agama dan identitas mereka.
Sejak kejadian itu pula, beberapa organisasi hak asasi manusia (HAM) meminta pemerintah menindak tegas para pelaku kerusuhan. Sementara sejumlah pelaku telah dijatuhi hukuman, masih ada beberapa orang yang belum diadili oleh sistem peradilan India.
Organisasi HAM dan surat kabar di seluruh India percaya bahwa pembantaian pemeluk Sikh pada tahun itu merupakan adalah pogrom dan telah terorganisir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: