Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perjumpaan PM Australia dengan Jokowi Gara-gara Indonesia Masih Kalah Sebagai Mitra Ekonomi?

Perjumpaan PM Australia dengan Jokowi Gara-gara Indonesia Masih Kalah Sebagai Mitra Ekonomi? Presiden Joko Widodo (kanan) bersalaman dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese (kiri) seusai menyampaikan pernyataan pers di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (6/6/2022). Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese yang merupakan kunjungan pertamanya setelah Anthony dilantik menjadi PM Australia pada 23 Mei 2022. | Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan

Mitra atau saingan

Namun, nenurut kedua analis itu, jangan berharap perdagangan Indonesia dengan Australia mendekati perdagangan China dengan Australia.

Perdagangan dua arah antara China dan Australia bernilai A$250 miliar ($176 miliar) pada tahun 2020.

Sebagai perbandingan, perdagangan antara Indonesia dan Australia hanya bernilai A$17 miliar untuk periode yang sama sebagian besar dalam penjualan sapi dan daging sapi serta batu bara.

Tapi, China lebih mudah untuk berdagang dengan apa yang disebut sebagai pusat pabrik dan rantai pasokan dunia, kata para ekonom ANU.

Padahal, Indonesia dan Australia bukanlah mitra dagang yang saling melengkapi, melainkan rival.

Kedua negara tersebut merupakan pengekspor komoditas sedangkan China merupakan pembeli utama bahan baku di kawasan tersebut.

“Sayangnya Indonesia sepertinya tidak bisa meningkatkan keunggulan manufakturnya, setidaknya dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand, apalagi dengan China,” kata para analis ANU.

Tim Harcourt, kepala ekonom di Institute for Public Policy and Governance dengan University of Technology Sydney, setuju bahwa "Indonesia masih kalah sebagai mitra ekonomi" bagi Australia.

Tapi dia melihat kemajuan.

Selain jasa dan perdagangan manusia, Harcourt mengatakan pemerintah Australia sedang bergerak menuju lebih banyak kolaborasi perdagangan non-tradisional dengan Indonesia dalam sains, permainan, dan perangkat lunak.

Hal-hal berbeda kali ini, Harcourt menambahkan.

"Fakta bahwa Albanese mengambil delegasi berat menteri dan pemimpin bisnis menunjukkan itu lebih dari basa-basi," kata ekonom.

"Saya kira dengan menghadirkan menteri ilmu pengetahuan dan perindustrian serta menteri perdagangan menunjukkan bahwa pemerintah Ketenagakerjaan ingin membangun penelitian dan pengembangan dengan lembaga-lembaga Indonesia," pungkas dia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: