Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Usaha Rintisan Berguguran, John Riady: Justru Ini Musim Semi untuk Startup Berkinerja Baik

Usaha Rintisan Berguguran, John Riady: Justru Ini Musim Semi untuk Startup Berkinerja Baik Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memasuki pertengahan tahun ini, berbagai usaha rintisan atau startup mengumumkan kebijakan efisisensi yang berujung pada PHK massal. Hal itu menandakan adanya langkah lebih rasional dari strategi mayoritas startup yang dikenal royal “bakar duit”. 

Sadar atau tidak, para pelaku usaha rintisan banyak yang terjebak pada strategi agresif, baik itu secara pengembangan pasar maupun pengembangan internal. Indonesia, berdasarkan catatan Startup Ranking merupakan rumah bagi 2.219 usaha rintisan.

Masing-masing usaha rintisan bersaing agar diterima pasar melalui berbagai layanan digital. Tuntutan ini mempunyai dua konsekuensi “strategis”, yakni mengupayakan agar layanan bisa diterima secara luas oleh masyarakat, serta keandalan dan inovasi digital yang berkesinambungan.

Baca Juga: Fenomena Bubble Burst, Kenapa Banyak Startup PHK Karyawannya? 

“Kutukan” ini selalu menghantui perjalanan usaha rintisan yang selalu meminta mahar besar dari para pemodal ataupun modal ventura. Sayangnya, persaingan menguasai pasar sekaligus mencari bakat digital itu berhadapan dengan semakin tercekiknya arus modal maupun kelangkaan talent.

Sebagai gambaran, Bank Dunia memperkirakan setiap tahun Indonesia membutuhkan sedikitnya 600 ribu orang yang menguasai teknologi digital. Kelangkaan talenta inipun telah mengerek biaya operasional berbagai perusahaan rintisan. 

Terkait kemelut bergugurnya usaha-usaha rintisan, Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady mengungkapkan krisis talenta dan persaingan pasar yang menuju tidak sehat itupun terjadi di tengah memburuknya kondisi perekonomian global.  

“Kebutuhan modal yang besar dalam pengembangan usaha rintisan harus berhadapan dengan situasi inflasi yang cenderung tinggi, menyebabkan berbagai pihak menahan dana. Terlebih lagi, saat ini terjadi gesekan dari kebijakan The Fed yang menyedot arus kapital global,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Warta Ekonomi, Selasa (28/6/2022). 

John yang juga praktisi modal ventura di bawah Lippo Group memiliki riwayat panjang dalam mengembangkan berbagai startup. Sejak 2015, melalui PT Venturra Capital, John Riady melakukan penetrasi ke dalam ekosistem ekonomi digital. 

Berbagai usaha rintisan dibidani Venturra Capital, antara lain Ruang Guru, Ovo, Sociola, bahkan unicorn Grab. “Kini masih ada puluhan yang kami kembangkan,” jelas John. 

Melihat gejala rontoknya berbagai usaha rintisan, John menilai disebabkan berbagai kesalahan persepsi. Paling mendasar, lanjutnya, adalah persepsi terkait prospek startup di tengah arus digitalisasi yang semakin meluas.

Persoalannya, pandemi yang telah memicu berbagai terobosan digital nyatanya tidak menolong momentum startup menjadi lebih besar. “Artinya apa? Di sini, yang akan bertahan tidak sekadar startup, melainkan startup yang siap dengan model bisnis dan prinsip untuk menghadirkan solusi berkesinambungan bagi persoalan masyarakat,” jelas John.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: