Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

800 Petani di Kalimantan Tengah Ikuti Program Bertani Tanpa Bakar dan Kimia

800 Petani di Kalimantan Tengah Ikuti Program Bertani Tanpa Bakar dan Kimia Kredit Foto: Istimewa

Ia juga harus  lebih tekun memotong rumput, karena dalam teknik ini tidak digunakan bahan kimia apapun selama proses penanaman. Rumput yang dipotong itu kemudian menjadi pupuk organik yang baik bagi kesuburan tanah. 

Dengan mempraktekkan cara bercocok tanam yang ramah lingkungan , Aliansyah beserta banyak petani lain di Kalimantan Tengah telah menjadi bagian dari solusi mengatasi perubahan iklim.

General Field Manager RMU Taryono Darusman mengatakan, “Ekosistem hutan rawa gambut merupakan ekosistem yang memiliki cadangan karbon tertinggi di dunia, dan sangat penting dijaga sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah pemanasan global. Masyarakat yang bermukim di sekitar area hutan gambut berperan utama dalam menjaga kelestarian hutan, dan upaya konservasi seperti apapun tidak akan efektif tanpa peran serta mereka.  Itulah yang menggerakkan kami di RMU untuk bekerjasama dengan masyarakat untuk memberikan alternatif cara bercocok tanam yang lebih ramah lingkungan, yakni tanpa membakar dan tanpa menggunakan bahan kimia. Sekolah Tani Agroekologi adalah salah satu wujud dari kerjasama tersebut. Melalui program ini, kami bersama para mitra dan warga bahu membahu untuk memberikan solusi bagi para petani untuk dapat terus mempertahankan dan meningkatkan penghasilannya melalui cocok tanam, sambil memastikan bahwa ekosistem hutan  tetap terjaga. Dalam program ini, petani diberi pelatihan mengenai cara bertani yang berkelanjutan, dan mendapat akses ke pendanaan mikro yang disiapkan oleh RMU. ”

Seperti diketahui, pembukaan lahan yang sering dilakukan selama ini, yakni dengan metode slash and burn (babat dan bakar), berisiko besar terhadap terjadinya kebakaran hutan yang lebih luas.

Selain itu,  lahan yang dibuka dengan cara dibakar atau dengan menggunakan bahan kimia tanpa kendali akan kehilangan kesuburannya dalam jangka panjang, sehingga tidak akan efektif lagi untuk kegiatan cocok tanam, sehingga petani terpaksa membuka lahan baru. 

“Dengan cara bertani tanpa bakar dan tanpa kimia, hal ini dapat diatasi. Lahan yang dibuka serta dikelola secara ramah lingkungan memang tidak memberikan hasil yang instan, namun akan dapat terus digarap dan memberikan hasil yang berkelanjutan, sehingga dalam jangka panjang akan lebih menguntungkan bagi petani. Petani tidak perlu membuka lahan baru , dan ekosistemnya pun akan tetap terproteksi,” kata Taryono.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: