Dr. Raymond R. Tjandrawinata: Perubahan pada Rantai Nilai Pasokan Membutuhkan Kekuatan Global
Para pengambil keputusan semakin yakin bahwa rantai pasokan harus kuat, bukan hanya efisien. Akibatnya mereka memilih untuk tidak terlalu bergantung pada area yang amat berisiko. Banyak negara-negara sedang melakukan eksperimentasi kebijakan industri yang ditujukan untuk kemandirian yang dapat menciptakan keunggulan dalam negeri maupun internasional dalam beberapa teknologi dan bisnis strategis. Hal ini berarti investasi di sektor-sektor strategis dibangun dan difasilitasi di dalam perbatasan mereka dan sebaliknya, mereka juga membatasi ekspor hasil produksi sektor-sektor tersebut. Perusahaan, sebaliknya, banyak mengakuisisi pemasok di dalam dan luar negeri demi terjadinya integrasi vertikal.
Sistem pasokan berbasis pasar yang mulai muncul menjelang akhir abad yang lalu sedang diubah menjadi sesuatu yang, meskipun masih global, tidak bersatu dan mungkin dengan biaya lebih mahal. Pergeseran hari ini bukanlah ayunan dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya, hal ini adalah kekuatan sentrifugal ditambah dengan melemahnya sentripetal. Beberapa produsen raksasa Amerika yang sekarang memproduksi 90% produknya di Tiongkok sudah mulai memindahkan dan meningkatkan investasi manufaktur mereka di Amerika dan Eropa. Walapun hal ini masih akan membuat Tiongkok memproduksi sekitar setengah produk-produk tersebut, namun pergeseran tatanan produksi global sedang berlangsung.
Baca Juga: Memang Sulit Jadi Anies Baswedan, Tutup Holywings Dicap Pencitraan, "Pasti Kerjaan Haters"
Mendesain ulang rantai pasokan membutuhkan waktu, dan mendapatkan hasil desain baru membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Biaya yang dikeluarkan akan cukup besar hanya untuk sekadar memperhatikan efisiensi. Biaya ini pastinya akan dibebankan pada pembayar pajak, perusahaan, dan bahkan konsumen. Beberapa ketegangan yang mendasari dapat menjadi lebih, dan upaya untuk meningkatkan keamanan ekonomi bahkan dapat menciptakan masalah-masalah sendiri. Ekonomi dunia belum tentu jadi kuat dan malah rentan terhadap guncangan pada saat perubahan iklim, pandemi penyakit yang akan datang, atau ketegangan geopolitik yang dapat meningkat frekuensi dan intensitasnya.
Integrasi ekonomi yang meningkat tidak membawa keharmonisan global yang lebih besar seperti yang diharapkan beberapa orang. Sulit membayangkan bahwa fragmentasi akan jauh lebih baik, dan terlalu mudah membayangkannya memperburuk keadaan. Itu bisa menjadi salah satu alasan mengapa, untuk waktu yang lama, perubahan bentuk fundamental globalisasi banyak dibicarakan tetapi tidak banyak dikejar. Sekarang mereka benar-benar terjadi, mereka berkontribusi secara signifikan terhadap kecemasan baru.
Baca Juga: Kasus Stupa Buddha, Roy Suryo Sebut Akunnya Disita Hoaks, Langsung Dibuat Mingkem Sama Polisi!
Pemerintah dan perusahaan harus ingat bahwa ketahanan internal berasal dari diversifikasi, bukan konsentrasi di dalam negeri. Perusahaan malahan harus mendiversifikasi pemasok mereka di banyak area dan membiarkan pasar beradaptasi. Miopia dan insularitas saat ini sedang berlimpah. Jika kita merupakan konsumen barang dan ide global, sebagai warga dunia kita harus berharap fase globalisasi berikutnya melibatkan tingkat keterbukaan semaksimal mungkin. Kesetimbangan baru antara efisiensi dan keamanan adalah tujuan yang harus dicapai. Namun, penciptaan area baru bersubsidi tak akan membawa kesetimbangan baru ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: