Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Dalam Bidang Farmasi, BMS Raih Cuan Berkat Merger

Kisah Perusahaan Raksasa: Dalam Bidang Farmasi, BMS Raih Cuan Berkat Merger Kredit Foto: Reuters/Regis Duvignau

Selama Perang Dunia I, E.R. Squibb & Sons menjabat sebagai pemasok utama antitoksin, serum, dan vaksin yang diproduksi oleh divisi Laboratorium Biologi Squibb.

Selama dekade pertama abad ke-20, E.R. Squibb & Sons memproduksi vaksin, meletakkan dasar bagi industri farmasi modern. Untuk pertama kalinya, penyakit umum seperti difteri, TBC, tetanus dan demam tifoid dapat dicegah.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Adecco, Grup Penyedia Sumber Daya Manusia Terbesar Kedua di Dunia

Pada tahun 1955, Squibb dan Hoffman-La Roche berbagi Penghargaan Lasker untuk pekerjaan mereka pada agen anti-TB isoniazid. Ini adalah pertama kalinya Lasker Award diberikan kepada industri farmasi.

November 1989, Bristol-Myers bergabung dengan Squibb Corporation.

Penggabungan tersebut juga menyatukan dua kepala eksekutif, Bristol Myers' Gelb dan Richard M. Furlaud dari Squibb, yang telah berteman selama 25 tahun dan telah mendiskusikan gagasan merger sesekali selama tiga tahun sebelumnya.

Sayangnya, merger itu bukannya tanpa ketegangan. Pada Desember 1990, 2.000 karyawan --empat persen dari total tenaga kerja-- telah diberhentikan, dan Bristol berencana untuk menutup 60 pabrik farmasi di seluruh dunia. Penutupan 6 dari 18 pabrik produk konsumen dijadwalkan hingga 1993. Namun demikian, merger tersebut memberikan Bristol kehadiran penting di seluruh dunia, berkat posisi kuat Squibb di Eropa, pasar obat terbesar di dunia.

Masa depan Bristol-Myers Squibb Company pada pergantian abad bergantung pada kepemimpinan produk yang berkelanjutan secara internasional di setiap bisnis inti yang sangat kompetitif, serta komitmen berkelanjutan untuk meneliti dan mengembangkan produk baru.

Perusahaan ini mendapat sedikit pukulan pada tahun 1998, ketika setelah bertahun-tahun litigasi, ia menyelesaikan biaya akhir produk implan payudara dan kewajiban penetapan harga obat resep; sekitar 400 dan 500 juta dolar yang harus dibayarkan kepada konsumen yang terluka atau ditagih berlebihan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: