Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dilema Harga Sawit Dirasakan Petani dan Perusahaan

Dilema Harga Sawit Dirasakan Petani dan Perusahaan Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022). Harga TBS kelapa sawit tingkat pengepul sejak sebulan terakhir mengalami penurunan harga dari Rp2.280 per kilogram menjadi Rp800 per kilogram disebabkan banyaknya produksi. | Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono, menyampaikan kondisi terkini yang dihadapi pabrik sawit. Tidak hanya petani, pabrik sawit juga menghadapi kesulitan karena rendahnya permintaan CPO dari pembeli.

"Permintaan dan suplai sekarang ini tidak berjalan normal. Persoalan di lapangan bukan saja petani susah jual atau TBS sawit dibeli murah. Begitu pula pabrik susah jual CPO bahkan ditawar murah. Ini sebagai masukan kami kepada pemerintah," ujarnya dilansir dari laman Majalah Sawit Indonesia pada Kamis (7/7).

Baca Juga: Bertemu Petani Sawit, Ini Janji yang Disampaikan Menko Luhut

Menurut Joko, satu-satunya rumus untuk menaikkan harga TBS ialah dengan menaikkan harga CPO. Sementara, di dalam negeri, harga CPO terus turun mengacu pada tender KPBN. "Rendahnya harga CPO ini karena tangki pabrik sudah penuh akibat minimnya permintaan dari pembeli terutama untuk ekspor," kata Joko.

Berdasarkan data ekspor sawit Kementerian Perdagangan di laman Majalah Sawit Indonesia, realisasi ekspor sawit hingga 1 Juli jauh berada di bawah alokasi. Dari jumlah alokasi ekspor sebanyak 3,4 juta ton, terdiri dari 2,25 juta ton program transisi dan skema flush-out 1,16 juta ton.

Realisasi ekspor hingga awal Juli 2022 masih 1,4 juta ton. Angka ini jauh di bawah rata-rata ekspor bulanan sawit yang sebanyak 2 juta ton. "Tangki pabrik sudah penuh, tetapi produksi buah sawit terus berjalan. Itu sebabnya, pabrik membatasi pembelian supaya biaya operasional mereka terjaga. Ini harus dihitung seimbang berapa CPO terjual keluar dan berapa TBS sawit bisa dibeli," jelas Joko.

Dikatakan Joko, pabrik sawit yang memiliki kebun juga harus memikirkan cara untuk merotasi kebun inti mereka. Hal ini disebabkan pasokan buah tidak hanya dari petani. Apabila mengambil buah dari luar, artinya perusahaan juga mengurangi suplai dari kebun sendiri. 

"Karena itulah beberapa perusahaan menggunakan skema kuota pembelian buah dari petani. Karena produksi kebun sendiri lagi naik. Jika kuota pembelian diberikan kepada TBS dari pihak ketiga, ini artinya, kebun inti mengurangi pasokan dari hasil panennya," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: