Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dahlan Iskan Beri Kesaksian: Mas Bechi Naik Mobil Mewah, Bapaknya Miskin dan Jalan Kaki,

Dahlan Iskan Beri Kesaksian: Mas Bechi Naik Mobil Mewah, Bapaknya Miskin dan Jalan Kaki, Kredit Foto: IST

Tapi lonjakan terbesar terjadi di tahun 1970. Menjelang Pemilu pertama di zaman Orde Baru. Saat itu Golkar harus menang. Partai-partai dianggap tidak berhasil memakmurkan bangsa. Partai-partai harus kalah: NU, Parmusi, PSII, PERTI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan PNI.

Untuk kemenangan Golkar itu dimunculkanlah operasi khusus. Opsus. Dipimpin arsitek rekayasa politik zaman itu: Mayjen Ali Moertopo.

Dimunculkanlah ekstremis yang disebut Komando Jihad. Untuk kemudian ditumpas habis. Orang Islam pun ketakutan untuk tidak memilih Golkar.

Pola Opsus ini masih terus dipakai dalam beberapa Pemilu berikutnya. Tahap berikutnya sembilan partai itu harus diringkas menjadi dua saja: partai spiritualis materialis dan partai materialis spiritualis. PPP dan PDI.

Indonesia pun stabil.

Nama Muchtar banyak dikaitkan dengan Opsus ini. Karena itu pondok ini tidak pernah satu barisan dengan pondok besar Jombang lainnya. 

Ia tidak NU juga tidak Muhammadiyah –hanya ubudiahnya lebih dekat ke NU. Kemajuan pondok Muchtar justru lebih banyak dikelompokkan di satu barisan dengan pondok al-Zaitun di Indramayu, Jabar. 

Padahal yang lima besar di Jombang itu pun juga ada yang mendukung Golkar sejak awal: KH Mustain Romli Rejoso, Peterongan.

Di era itulah, di tahun 1970-an itu, berdiri bangunan bertingkat pertama di pondok Ploso. Di sebelah gubuk pertama. Gedung itu diberi nama Majmal Bahrain. Pertemuan dua samudera. Kelak nama itu juga menjadi nama perguruan tinggi di kompleks pondok.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: