Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 2022 menetapkan kebijakan untuk meningkatkan kualitas keluarga, melalui optimalisasi penyelenggaraan kampung keluarga berkualitas yang dilaksanakan secara terintegrasi dan konvergen.
Berdasarkan hal tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar peluncuran Inpres No. 3 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas yang dilakukan secara hybrid pada Selasa (12/7/2022).
Baca Juga: Jumlah Penduduk Bumi Diprediksi Bakal Capai 8 Miliar Jiwa, BKKBN: Kami Wujudkan Keluarga Berkualitas
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo memaparkan, mulanya Inpres diajukan sejak tahun 2015. Setelah melakukan serangkaian koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, Inpres ini akhirnya diluncurkan.
Hasto juga memaparkan, mulanya Kampung keluarga Berkualitas tersebut dinamai dengan Kampung Keluarga Berencana. Lalu, kata Hasto, digaungkan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2014 untuk merangkul wilayah yang dinilai marjinal.
"Mulai digaungkan di periode pertama bapak Presiden Jokowi tahun 2014 dan waktu itu sebagai wujud dari nawacita maka kemudian dimulailah dari kampung-kampung yang marjinal, yang terisolir, yang tertinggal dan terbelakang. Sehingga Kampung Keluarga Berencana pada waktu itu lebih diutamakan untuk memajukan satu daerah yang tertinggal," papar Hasto, Selasa (12/7/2022).
Baca Juga: BKKBN Pandang Edukasi Manajemen Gizi pada Ibu Hamil Penting Cegah Stunting
Hasto menjelaskan, yang menjadi orientasi pada saat itu adalah nilai kuantitas. Kendati demikian, Hasto menegaskan untuk tahun ini, melalui launching-nya Inpres Nomor 3 Tahun 2022, orientasi Kampung Keluarga Berkualitas, maka ada pergeseran dari kuantitas menjadi kualitas.
"Kalau dulu, lebih menekankan total fertility rate yang harus turun dan Alhamdulillah sampai hari ini meskipun pandemi, total fertility rate turun menjadi 2,24 jadi bisa dipertahankan dengan baik," kata Hasto.
Hasto memaparkan, pada perayaan Harganas 2022 lalu, Presiden Jokowi sempat bertanya kepada audience mengenai jumlah anak yang dimiliki. Sebagian menjawab, kata Hasto, anaknya dua atau tiga.
"Sebetulnya rata-rata 2,1 Jadi kalau ada yang tetangganya tidak punya anak kita punya anak terus tetangga sebelahnya boleh punya anak tiga nanti rata-ratanya, ya, insyaallah dua. Tetap antara dua-tiga, tapi rata-rata tetap, total fertility rate 2,1," jelasnya.
Baca Juga: 200.000 Tim Pendamping Keluarga Siap Layani Masyarakat, BKKBN: Demi Keluarga Berkualitas
Ketika sudah bergeser menjadi Kampung Keluarga Berkualitas, kata Hasto, maka orientasinya menjadi dua. Pertama, untuk individu, yaitu kualitas SDM yang sehat, cerdas, dan sejahtera.
Sementara untuk keluarga, lanjut Hasto, orientasinya adalah keluarga yang tentram, mandiri, dan bahagia sesuai dengan indeks pembangunan keluarga yang sudah ditetapkan yaitu tiga komponen; tentram, Mandiri dan bahagia.
"Ketentraman di dalamnya termasuk harapannya, di dalam keluarga semua jelas. Jadi tidak ada warga yang keluarganya yang tidak jelas, tidak ada surat nikahnya, dan tidak ada keluarga yang perkawinannya juga hanya di bawah tangan dan seterusnya," jelas Hasto.
Baca Juga: Kelompok UPPKA Harap Bersiap, BKKBN Anak Berikan NIB di Puncak Hari Keluarga Nasional
Sementara itu, Hasto mengatakan, ketika bergeser orientasinya menjadi kualitas, maka kampung keluarga berkualitas tidak lagi dimulai dari daerah yang terisolasi dan verifier. Tetapi, kata Hasto, semua desa di dalam Inpres ini diharapkan mampu menjadi Kampung Keluarga Berkualitas.
"Sehingga grade dari strata dari kampung keluarga berkualitas ini semua desa akan menuju strata yang tertinggi yaitu Kampung keluarga berkualitas yang berkelanjutan. Oleh karena itu semua desa menjadi wajib untuk menuju Kampung keluarga berkualitas," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Ayu Almas