Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngeri-ngeri Sedap... Analisis Refly Harun Bongkar Alasan Anies Baswedan Ogah Jadi Cawapres Prabowo Subianto di 2019: Dia Tahu Bakal Kalah!

Ngeri-ngeri Sedap... Analisis Refly Harun Bongkar Alasan Anies Baswedan Ogah Jadi Cawapres Prabowo Subianto di 2019: Dia Tahu Bakal Kalah! Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi, Jakarta -

kontestasi Pemilihan Presiden 2024 mulai mendekat, meski demikain momen-momen di Pilpres 2019 masih bisa dirasakan atau ditelaah saat ini khususny para capres dan cawapres yang bertarung.

Salah satu yang cukup menarik adalah analisis Refly Harun yang menyebut bahwa Anies Baswedan menolak tawaran Cawapres Prabowo Subianto di 2019 karena menurutnya Anies tahu bakal kalah.

Hal ini dijelaskan Refly saat membahas soal pernyataan kelompok loyalis Anies Baswedan yang menyatakan harga mati sosok yang mereka dukung menjadi Capres di 2024. Mereka menganggap kalau hanya jadi Cawapres maka di 2019 lalu Anies sudah ditawarkan tetapi menolak.

“Mengapa Anies tidak mau dijadikan wakil presiden Prabowo pada Pilpres 2019? Sederhana, karena Anies sudah membaca Prabowo tidak akan menang dan saya pun sudah yakin Prabowo tidak akan menang,” ujar Refly melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Rabu (13/7/22).

Baca Juga: Kasihan Juga Pembenci Anies Baswedan... Refly Harun Bongkar Kemampuan di Atas Rata-rata Anies Dibanding Gubernur Sebelumnya, Simak!

Meski tahu bahwa Prabowo tidak akan menang, Menurut Refly bukan berarti otomatis membela petahana (Jokowi). Bukannya tanpa alasan, Refly menganggap bahwa posisi kubu petahana punya potensi besar untuk bermain tidak jujur dan tidak adil. Refly mengeaskan di 2019 dirinya netral serta memberikan catatan kritis pada kepemimpinan Jokowi di periode pertama sekaligus menyuarakan penyelenggaraan pemilu atau pilpres yang adil.

Pakar Hukum Tata Negara itu pun membagikan pengalaman seorang aktivis yang mengaku bertemu salah satu taipan dan berkata bahwa tak perlu oposisi kampanye karena pemenangnya adalah Jokowi.

“Itu barangkali prediksi, tetapi kita kan harus paham konstelasi poltik yang kita dengar-dengar. Allahu a’lam, ya namanya omongan orang bisa jadi betul based on experience, hanya sekadar nebak, atau memang sudah ada grand design, we don’t know exactly,” jelas Refly.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: