Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bingung Atur Keuangan Rumah Tangga untuk Antisipasi Hiperinflasi? Simak Empat Tips Berikut Ini!

Bingung Atur Keuangan Rumah Tangga untuk Antisipasi Hiperinflasi? Simak Empat Tips Berikut Ini! Ilustrasi penghitungan kinerja perusahaan. | Kredit Foto: Freepik
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi, Mike Rini, menilai inflasi tinggi, atau hiperinflasi, yang tengah mengancam dunia juga akan berdampak pada perekonomian rumah tangga. Sebab, inflasi dapat meningkatkan harga layanan produk maupun jasa, mengurangi subsidi pemerintah, hingga menekan dunia usaha.

Mengingat sejumlah risiko tersebut, Mike merekomendasikan masyarakat untuk segera mengatur dan menerapkan rencana keuangan guna menyelamatkan perekonomian rumah tangga mereka.

"Masyarakat perlu mengkaji ulang bagaimana cara mereka mengendalikan atau menggunakan penghasilannya untuk membiayai berbagai biaya hidup mereka," ujar Mike saat dihubungi Warta Ekonomi, Kamis (14/7/2022).

Baca Juga: Ada Ancaman Inflasi Global, Bagaimana Dampaknya ke Keuangan Rumah Tangga?

Untuk itu, Mike membagikan empat tips utama yang dapat dilakukan masyarakat untuk menjaga kesehatan perekonomian rumah tangga guna menghadapi ancaman hiperinflasi.

1. Pastikan kemampuan keuangan masing-masing

Mike mengimbau masyarakat untuk memastikan kemampuan finansial masing-masing. Poin penting yang perlu menjadi perhatian masyarakat adalah dana tabungan.

"Kalau tidak punya tabungan sama sekali, itu sangat berbahaya. Jangan sampai utang sana-sini ketika suami istri kehilangan penghasilan," kata Mike.

Dia menyarankan untuk menggunakan skema tabungan tiga kali dari total pengeluaran keluarga atau, secara ideal, sekitar enam kali dari total pengeluaran agar dapt dapat bertahan selama beberapa bulan berikutnya.

2. Evaluasi gaya hidup

Mike menggarisbawahi masyarakat perlu mengevaluasi gaya hidup mereka, terutama yang berkaitan dengan pengeluaran. Masyarakat perlu memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Sementara untuk pengeluaran seperti jajan, Mike merekomendasikan agar dananya dialokasikan untuk tabungan.

"Kalau [gaya hidup] tidak bisa dihilangkan, setidaknya dikurangi," tandas Mike.

Mike menambahkan, salah satu trik yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menghindari pemborosan pengeluaran akibat gaya hidup, masyarakat dapat menerapkan prinsip substitusi, yakni mengganti produk barang dan jasa brand yang biasa digunakan dengan brand yang lebih murah meski hanya berbeda Rp1000 atau Rp2000.

"Meski hanya segitu, tapi kalau sering dilakukan, itu makin besar. Jadi, di sini bukan jumlah besar kecilnya, tetapi kita membangun kebiasaan kita untuk lebih hemat."

3. Hindari kebiasaan menggunakan paylater

Perencana keuangan itu menegaskan masyarakat perlu menghindari kebiasaan menggunakan paylater. Kehadiran fitur paylater di berbagai e-commerce justru mendorong peningkatan kebiasaan belanja konsumen. Meski terlihat lebih ringan, namun penggunaan paylater malah lebih besar dibanding harga aslinya.

Terlebih, kemampuan finansial individu tidak bisa dipastikan stabil, sehingga ada kemungkinan paylater tidak terbayar.

"Perlu dikendalikan kebiasaannya. Uangnya lebih baik ditabung. Menabung itu juga melatih kesabaran sehingga dapat mengantisipasi ancaman inflasi global terhadap pengendalian pengeluaran," tutur dia.

4. Asuransi

Masyarakat perlu memastikan kepemilikan atau akses terhadap asuransi. Salah satu yang paling disorot oleh Mike adalah BPJS Ketenagakerjaan.

"Kalau Anda seorang karyawan, pastikan perusahaan Anda meng-cover risiko PHK. Itu sangat membantu dalam keadaan darurat, termasuk inflasi global," terang Miko.

Mike mengakui tidak semua aspek akan mengalami tekanan ekonomi lantaran ancaman inflasi, misalnya sektor ritel yang akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Di sisi lain, kondisi ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk membuka usaha pribadi. Dengan era digitalisasi ini, masyarakat dapat berdagang dengan modal yang minim dan melakukannya dari rumah masing-masing.

"Zaman sekarang untuk buka usaha dagang itu sebenarnya sederhana dan bisa langsung dimulai," tutup Mike.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: