Survei Timur Barat Riset Center (TBRC) pada 29 Mei-12 Juni 2022 dan Dinamika Survey Indonesia (DSI) pada 16 sampai 29 Juni 2022 memberi penilaian yang semakin positif terhadap Airlangga Hartarto.
Survei terbaru pada bulan Juli dilakukan oleh Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) yang digelar pada 21 Juni hingga 5 Juli 2022 menempatkan Airlangga Hartarto pada posisi 5 besar. Survei dengan 1.225 responden tersebut mempertanyakan "Siapakah yang menjadi presiden 2024 nantinya menggantikan Joko Widodo?" hasilnya adalah Ganjar 25,69 persen, Anies Baswedan 19,18 persen, Prabowo Subianto 11,18 persen, Ridwan Kamil 7,18 persen, dan Airlangga Hartarto 3,59 persen.
Baca Juga: Airlangga Hartarto: Kartu Prakerja Dukung Visi Indonesia Emas 2045
Melesatnya posisi elektabilitas Airlangga, menurut Robi, bukan tanpa kritik. Indometer misalnya, meski merilis hasil survei yang positif, tapi juga melihat sisi negatif dari potensi merosotnya perolehan Partai Golkar pada Pemilu 2024 ke depan.
"Saya kira wajar saja adanya anomali politik seperti itu. Melesatnya figur tidak berkorelasi ke partai. Tapi hal itu hanya soal kemampuan menciptakan coattail effect," tambah peneliti senior UNAS tersebut.
Robi menambahkan bahwa banyak kemungkinan yang bisa terjadi dalam keterpilihan seseorang sebagai presiden.
Baca Juga: Kata Airlangga Soal Nasib Koalisi Indonesia Bersatu, Kami Terus...
"Pak Airlangga lebih dekat kemungkinannya punya tiket nyapres melalui Koalisi Indonesia Bersatu. Soal ranking elektabilitas, itu soal cair. Survei LSI Denny JA menempatkan Airlangga Hartarto pada peringkat ke-6 dengan capaian 4,5 persen. Lalu survei ARSC merilis posisi ke-5 tapi capaiannya 3,59 persen. Itu artinya, peralihan suara pemilih bisa terjadi kapan saja," ungkap lulusan Center for History, Politic and Strategy UKM Malaysia tersebut.
Robi tidak menampik atas adanya kritikan masyarakat terhadap lembaga survei yang partisan. "Ya, semua kemungkinan bisa terjadi. Tapi kita juga harus bijak dalam menilai. Misalnya, lihat indikator terkait penggunaan multistage random sampling, margin of error sebesar yang rata-rata di angka 2 persen, dan tingkat kepercayaan pada angka 95 persen. Kalau itu juga diragukan, masalahnya bisa pada integritas lembaga survey atau muatan kepentingan si pembaca survei?" ujar Robi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: