Negara dengan Utang Tertinggi di Dunia: Sudan Nihil Rencana Pembangunan Nasional hingga Perang Saudara
Omar Al-Bashir berkuasa di Khartoum pada tahun 1989. Rezimnya telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat serius, dan Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Bashir atas kejahatan perang. Dia melanjutkan kebijakan represi terhadap Selatan dan Barat Sudan.
Pada tahun 2005 sebuah perjanjian damai membuat Sudan selatan sekali lagi memiliki pemerintahan otonom. Pada awal 2011, Sudan Selatan memilih untuk merdeka, dan Sudan Selatan menjadi negara terbaru di dunia pada Juli 2011.
Sudan (Utara) telah menawarkan untuk menyimpan semua utang pemerintah, dengan imbalan diizinkan masuk ke proses Negara-Negara Miskin Berutang Besar (HIPC).
Artinya, untuk saat ini Sudan Selatan telah memulai hidup bebas utang. Namun, secara teori mungkin ada negosiasi pembagian utang Sudan di masa depan. Sejauh ini, Sudan (Utara) belum masuk ke dalam proses HIPC.
Sekitar 2011, utang luar negeri pemerintah Sudan saat ini diperkirakan mendekati 40 miliar dolar AS, lebih dari 70 persen dari PDB. Dari jumlah ini, hampir setengahnya berutang kepada IMF, Bank Dunia dan pemerintah Barat, dan pembayaran utang tidak dilakukan untuk itu.
Sepuluh tahun kemudian, Sudan menerima persetujuan dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk bantuan lebih dari 56 miliar dolar AS dalam utang dan dana IMF baru sebesar 2,5 miliar selama tiga tahun.
Sudan akan melihat penurunan utang eksternal menjadi sekitar 30 miliar dolar AS relatif segera. Ini kemudian akan turun menjadi 6 miliar dolar AS ketika Sudan mencapai bantuan utang yang tidak dapat dibatalkan setelah diperkirakan tiga tahun
Sementara itu, situasi yang menimpa Sudan pada gilirannya memukul negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah lebih keras, termasuk Sudan. Yang terburuk adalah semakin tinggi rasio utang terhadap PDB suatu negara, semakin tinggi kemungkinan negara tersebut gagal membayar utangnya, sehingga menciptakan kepanikan keuangan di pasar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: