25 Persen Bahan Baku Obat Herbal Impor dari Luar Negeri, BPOM Komitmen Lakukan Ini
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyebut bahwa 25 persen bahan baku obat herbal di Indonesia diimpor dari luar negeri. Kendati demikian, Penny mengatakan bahwa 25 persen tersebut akan seimbang jika yang diambil adalah bahan yang sustainable.
"Saya kira itu adalah tujuan kita bersama sustainable akses dalam kaitannya dengan yang bermutu tentunya dan dalam jumlah juga yang sustainable," kata Penny dalam sambutannya, Kamis (4/8/2022).
Baca Juga: 944 Produk Kosmetik tanpa Izin Edar Disita BPOM
Penny menyebut, untuk menekan angka impor dalam bahan baku obat herbal, diperlukan kerja sama lintas sektoral. Kerja sama tersebut tidak lain untuk meningkatkan akses pada bahan baku obat herbal di Indonesia.
Sehingga, kata Penny, kapasitas dari industri ekstrak bahan alam di Indonesia bisa terus terdukung. Hal tersebut juga berdampak pada industri kecil seperti UMKM, dalam hal ini industri besar mesti menggandeng para pelaku usaha mikro tersebut.
"Sekarang industri sudah bergeser, selain didukung terus oleh Badan POM, tapi juga sekarang bergeser juga untuk membantu yang lemah. Kita sekarang melihat dari kacamata nasional, dari kacamata nasional kita harus lebih memajukan yang lemah, yang lemah adalah UMKM," terang Penny.
Selain itu, Penny memaparkan dengan meningkatnya kualitas produksi obat-obatan herbal, produk berbahan alam akan semakin diakui oleh masyarakat global. Sejak pandemi Covid-19 melanda, kebutuhan kesehatan secara mandiri meningkat, sehingga suplemen kesehatan berbahan alam menjadi salah satu alternatif yang dipilih masyarakat untuk menjaga kondisi kesehatan.
Baca Juga: BPOM Setujui Penambahan Posologi Dosis Booster Anak Usia 16-18 untuk Vaksin Comirnaty
Lebih lanjut, Penny memaparkan bahwa produk berbahan alam tidak hanya menjadi satu barang konsumsi, tetapi juga memiliki nilai tradisi dan budaya. Hal tersebut dia katakan berdasarkan proses pembuatannya.
"Produksinya yang berbasiskan sumber daya alam setempat, dan lokal, dan juga pengetahuan lokal yang berlimpah, sehingga ini adalah nilai value yang sangat tinggi sekali," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: