Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rusia vs Ukraina Belum Usai, Sekarang China vs Taiwan, Ini Kata Sri Mulyani!

Rusia vs Ukraina Belum Usai, Sekarang China vs Taiwan, Ini Kata Sri Mulyani! Kredit Foto: Antara/POOL/Nyoman Budhiana
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dengan adanya ketegangan antara China dan Taiwan yang dipicu oleh kedatangan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan Minggu lalu, Menteri Keuangan RI (Menkeu RI) Sri Mulyani Indrawati memprediksikan perekonomian dunia tidak terkecuali Indonesia akan kembali alami guncangan.

Menurutnya, konflik antara China dan Taiwan yang makin memanas akan menambah masalah ekonomi yang sebelumnya sudah diakibatkan dari pandemi Covid-19 dan pecahnya perang di Ukraina.

Baca Juga: Sri Mulyani Mewanti-Wanti, Keterbukaan Informasi Publik Hak Warga Negara

"Perang antara Rusia dan Ukraina tak hanya berdampak pada kedua negara tersebut saja, tetapi juga ke seluruh dunia," kata Sri Mulyani dalam agenda Pengenalan Kehidupan bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2022 Universitas Indonesia, dilangsungkan secara daring, Senin (8/8/2022).

Hal ini didasari karena Rusia maupun Ukraina merupakan produsen dari berbagai komoditas penting di dunia. Ia menyampaikan, belum usai konflik antarkedua negara, Rusia dan Ukraina, belakangan muncul konflik yang berasal dari China dan Taiwan. Ia menilai eskalasi yang luas kening dapat memberikan dampak, tak hanya dari sisi keamanan, tetapi juga dari sisi politik dan ekonomi.

Ketidakamanan yang ditimbulkan dari terjadinya geopolitik yang luar biasa besar dari negara-negara tersebut, menurut Sri Mulyani, akan mengancam hubungan antarnegara yang selama tiga dekade di bawah, asumsi bahwa dunia akan saling berhubungan baik dari sisi perdagangan, investasi, lalu lintas manusia, lalu lintas modal, lalu lintas barang, dan lalu lintas informasi.

"Kondisi geopolitik saat ini yang penuh dengan potensi peran dan kompetisi pada akhirnya akan memicu banyak negara mencari hal-hal yang dapat meningkatkan ketahanan dari perekonomiannya masing-masing," imbuhnya.

Dalam hal ini, ia menyampaikan, proteksionisme kemungkinan akan makin besar, blok akan makin menguat. Hubungan investasi perdagangan, penilaiannya, tidak lagi berdasarkan kepada flow of goods dan capital.

Oleh karenanya, ia dengan tegas mengatakan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara dari 20 negara dengan perekonomian terbesar tidak boleh tidak paham dengan konteks geopolitik yang berubah saat ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: