Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asosiasi Amerika Serikat Ajak Indonesia Kerja Sama Kembangkan Kratom Jadi Komoditas Ekspor

Asosiasi Amerika Serikat Ajak Indonesia Kerja Sama Kembangkan Kratom Jadi Komoditas Ekspor Kredit Foto: Humas KSP
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Indonesia melalui Kantor Staf Presiden (KSP) mengapresiasi tawaran kerja sama untuk mengembangkan komoditas kratom sebagai tanaman herbal komoditas ekspor yang bermanfaat untuk kesehatan. Tawaran kerja sama ini diinisiasi oleh American-Indonesian Chamber of Commerce, American Kratom Association (AKA), dan Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (KOPRABUH).

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, kratom merupakan tanaman tropis yang banyak ditemui di wilayah Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Tanaman herbal ini pun banyak tumbuh di Kalimantan, khususnya di wilayah Kalimantan Barat.

Baca Juga: Berkat Dukungan Pemkab dan Astra, Petani Ponorogo Ekspor Rempah Senilai Rp3,5 Miliar ke India

Dalam hal ini, masyarakat Kalimantan Barat mulai membudidayakan tanaman yang mampu tumbuh di daerah rawa ini sejak 2010. Saat ini, luas lahan kratom di Kalimantan Barat adalah seluas 11.384 ha yang tersebar di 23 kecamatan dan 282 desa. Sebanyak 200.000 kepala keluarga di Provinsi Kalbar sangat bergantung dengan industri kratom.

Indonesia masih belum memiliki regulasi tentang tata niaga dan tata kelola kratom. Walaupun begitu, kratom merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup besar dan berpotensi mendatangkan keuntungan ekonomi bagi negara. Tercatat hingga Juli 2021, jumlah ekspor kratom ke Amerika Serikat saja telah mencapai 400 ton.

"Kedua belah pihak sepakat bahwa kratom bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi kedua negara. Oleh karenanya, kami sepakat menjadikan kratom sebagai komoditas ekspor. Ini sangat dimungkinkan untuk dilakukan karena dalam Permendag No. 18 tahun 2021, kratom tidak termasuk barang yang dilarang ekspor," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (9/8/2022).

Walaupun begitu, Moeldoko tidak memungkiri bahwa masih ada perbedaan pendapat tentang kratom utamanya karena Badan Narkotika Nasional (BNN) masih mengategorikan kratom sebagai zat adiktif.

"Perlu ada joint research antara institusi pendidikan Amerika Serikat dan Indonesia. Pasalnya, AS khususnya Universitas John Hopkins sudah lama melakukan riset tentang kratom. Sementara, Indonesia punya barangnya. Harapannya, kolaborasi riset ini akan bermanfaat bagi dunia," imbuh Moeldoko.

Baca Juga: Buka Peluang Ekspor, Astra dan UNEJ Bina Sekolah Kopi RAISA

Senator Curt Bramble dari negara bagian Utah menyatakan bahwa Kratom telah menjadi salah satu komoditas penting di Amerika Serikat sebagai salah satu obat yang mampu mengurangi rasa sakit dan mengurangi gangguan kecemasan, pengganti opium yang sangat adiktif.

"Kratom adalah produk alami yang aman, tetapi tantangannya adalah kratom sering kali terkontaminasi oleh bakteri E. Coli, Salmonella, dan logam berat. Jadi, saya harap dari pertemuan ini, kita akan mendapatkan pemahaman yang sama tentang kratom. Lebih lanjut saya berharap akan ada regulasi untuk menjamin keamanan kratom yang akan diekspor ke Amerika Serikat," kata Curt Bramble.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: