Kecakapan Digital Masyarakat Indonesia Masih Kurang, Budaya Literasi Harus Ditingkatkan
Pada dasarnya dunia virtual dan realitas tidak terpisahkan. Pengguna sebatas alamat IP yang bisa dilacak dan ditemukan. Namun masih banyak warganet yang menganggap tanpa tatap muka bisa berkata semaunya. Hal tersebut yang menjadi indikasi rendahnya skor kecakapan digital netizen Indonesia.
Survei Microsoft mengenai Digital Civility Indeks pada 2021 mengungkap netizen Indonesia disebut paling tidak sopan se-Asia Tenggara, menempati peringkat ke-29 dari 32 negara yang diteliti Microsoft 2020. Bahkan Survei IMD World Digital Competitiveness, daya saing Indonesia masih berada di peringkat 56 dari 63 negara.
Baca Juga: Jangan Ikut-ikutan di Media Sosial, Selalu Punya Tujuan di Dunia Digital
Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi pun melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital yang menghadirkan para nara sumber ahli terkait literasi.
"Di dunia digital, harus berkomunikasi dengan jelas dan santun. Karena di dunia realitas saja kadang bisa salah apalagi di dunia digital," kata Wakil Koordinator Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Bekasi Raya, Kristien Mey saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pada Senin (8/8/2022), dalam keterangan tertulis yang diterima.
Lebih jauh Kristien mengungkapkan setiap pengguna perlu mengetahui prinsip berkomunikasi di dunia virtual. Yakni ada ranah privat dan umum, ranah privat seperti pesan WhatsApp, Telegram, Direct Message (DM) di Instagram di mana obrolan hanya dapat dilihat oleh pengirim dan penerima pesan. Kemudian ada komunikasi ranah umum yang dapat dilihat pengguna lainnya seperti kolom komentar, blog, forum chat.
"Namun pesan di ranah privat bisa menjadi milik umum karena disharingkan (bagikan) kembali oleh teman di ranah umum yang tidak paham bahwa harus ada ranah privat. Sehingga tetap harus hati-hati," kata Kristien lagi.
Di samping itu prinsip komunikasi lainnya di dunia digital, pengguna harus menyaring informasi terlebih dulu sebelum kembali membagikannya. Sebab beberapa informasi mungkin ternyata merupakan hoaks atau konten berbau SARA yang tidak pantas dibagikan. Saat ini karena kebebasan berekspresi di media sosial, pengguna juga terkadang menjadi oversharing yang dapat membahayakan bocornya informasi pribadi tanpa memilih apa yang dibagikan.
Baca Juga: Sopan Santun Berinternet di Tengah Perbedaan Kultural Pengguna Media Digital
Program Makin Cakap Digital Kominfo didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024. Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Madiun, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.
Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya antara lain Wakil Koordinator Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Bekasi Raya, Kristien Mey. Perawat Home Care dan Aktivis Pramuka Herpritha Febria Putri, serta mengundang seorang Key Opinion Leader (KOL) Public Figure, Fanny Febriana. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial @Siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: