Kunjungi Taiwan, Pelosi Buka-bukaan yang Dia Inginkan Hanyalah Menunjukkan...
Amerika Serikat mendukung kebijakan 'satu-China', kunjungan ke Taiwan bukanlah upaya untuk mengubahnya, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi mengatakan dalam sebuah wawancara dengan saluran TV NBC pada Selasa (9/8/2022).
Pelosi menekankan bahwa yang dia inginkan hanyalah menunjukkan kepada China bahwa Amerika Serikat mendukung Taiwan, sebagaimana dikutip TASS.
Baca Juga: Nancy Pelosi Datang, China Melawan Tangguhkan 7 Rencana yang Rugikan Dunia
Menurutnya, delegasi Amerika tidak pergi ke Taiwan untuk mengubah kebijakan 'satu-China', yang masih menjadi komitmen AS. Pelosi mengatakan dia pergi ke sana untuk mengakui status quo.
Dia menambahkan bahwa tidak ada yang mengganggu stabilitas perjalanan.
Ketegangan atas Taiwan
Pelosi mengunjungi Taiwan pada 2 hingga 3 Agustus. Perjalanan itu menuai kritik tajam dari China daratan. Beijing telah berulang kali memperingatkan Washington bahwa mereka akan membalas jika kunjungan Pelosi, jabatan terpenting ketiga dalam hierarki pemerintah AS, terjadi.
Angkatan bersenjata China memulai latihan militer skala besar dengan penembakan rudal di enam wilayah perairan Taiwan pada tanggal 4 Agustus.
Latihan ini seharusnya berakhir pada siang hari pada tanggal 7 Agustus (07:00 waktu Moskow), tetapi, menurut Kementerian Pertahanan China, mereka telah diperpanjang tanpa batas.
Selain itu, pada 5 Agustus, Beijing mengumumkan penghentian sementara delapan mekanisme kerja sama dengan Amerika Serikat karena kunjungan Pelosi ke Taipei.
Di antaranya pembatalan pertemuan antar pejabat militer, pemutusan jalur komunikasi langsung antar komando militer regional, penghentian kerjasama di bawah mekanisme keamanan maritim, serta penghentian perang melawan perubahan iklim dan peredaran gelap narkoba.
Taiwan telah diperintah oleh pemerintahannya sendiri sejak tahun 1949, ketika sisa-sisa pasukan Kuomintang yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek (1887-1975) melarikan diri ke sana setelah kekalahan mereka dalam Perang Saudara CHina.
Sejak itu ia mempertahankan bendera dan beberapa atribut lain dari bekas Republik China, yang ada di daratan sebelum Komunis berkuasa. Menurut posisi resmi China, yang didukung oleh sebagian besar negara, termasuk Rusia, pulau itu merupakan salah satu provinsi China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: