Selain itu, Oscar juga menekankan dana yang digunakan untuk trading aset kripto sebaiknya adalah uang dingin. Artinya, uang yang digunakan untuk trading memang uang yang telah dipersiapkan untuk investasi, bukan uang yang akan segera dipakai untuk keperluan tertentu.
“Karena kalau uang yang mau kita pakai besok pagi untuk trading, begitu nanti harganya turun, kita sudah terburu-buru menjual. Padahal mungkin besoknya bisa naik lagi,” jelas dia.
Meski demikian, Indodax tak memberikan ketentuan yang mengatur kapan seseorang perlu menjual asetnya. Keputusan ini dikembalikan ke masing-masing trader sesuai dengan keinginan mereka maisng-masing.
“Jadi, tidak seperti trading di forex, kalau [aset] tidak ingin dijual, bisa dilikuidasi. Kalau perdagangan di Indodax, tidak seperti itu. Kami tidak pernah melikuidasi. Jadi, kalau mau dijual tiga tahun lagi tidak apa-apa, tidak masalah,” terang Oscar.
Indodax juga memberikan kemudahan pembayaran bagi investor yang ingin trading di platformnya. Di Indodax, trading dapat dilakukan dengan modal mulai dari Rp10 ribu. Selain itu, sistem Indodax juga terintegrasi dengan banyak payment getaway, termasuk pembayaran dari toko ritel luring seperti Indomaret, Alfamart, dan sebagainya. “Sistem kami juga tersambung ke semua bank di Indonesia. Jadi, mau transaksi dari puluhan ribu sampai miliaran, sistem kami support.”
Seluruh upaya Indodax ini dilakukan demi memberikan rasa aman kepada para investor saat mereka melakukan transaksi aset kripto. Dengan begitu, mereka dapat lebih yakin kapan mereka sedang untung sehingga bisa menarik uang mereka dengan mudah.
“Karena semboyan Indodax itu ‘Aset Masa Depan’. Dan slogan kami yang kedua itu ‘Jemput Masa Depan’,” tutup Oscar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti