Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pendidikan Tinggi Gak Jamin Seseorang Tak Nakal di Media Sosial

Pendidikan Tinggi Gak Jamin Seseorang Tak Nakal di Media Sosial Kredit Foto: Unsplash/Valeriy Khan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kemajuan teknologi semakin masif. Semakin banyak media yang bisa digunakan mengutarakan pendapat, sehingga individu makin mudah bercuit di dunia digital. Namun, netizen harus memahami adanya batasan dan etika yang harus dikuasai seiiring majunya teknologi.

Sekarang ini ujaran kebencian atau hate speech banyak ditemui di media digital. Tindakan komunikasi ini dilakukan individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, dan hinaan kepada individu atau kelompok lain dalam berbagai aspek, seperti ras, warna kulit, etnis, gender, orientasi seksual, kewarganegaraan, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Jaga Asa Calon Investor di Masa Depan, Ternak Uang Berikan Subsidi Pendidikan

“Tingkat pendidikan bukan tolak ukur seseorang menghindarkan diri dari hate speech, ada beberapa hal yang bisa membuat orang ga sadar melakukan hate speech,” kata Ketua Relawan TIK Surabaya, Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Senin (29/8/2022).

Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.

Kurangnya literasi digital, Muhajir melanjutkan, membuat seseorang tidak tahu batasan-batasan dalam dunia digital. Netizen seakan merasa ingin menjadi orang paling asik di medianya, sehingga menyampaikan sesuatu secara asal.

“Kadang kurangnya kontrol terhadap emosi. Kita tidak bisa mengukur dari akademis. Mungkin dia sudah Strata 1, Strata 2, atau Strata 3, tapi ternyata emosinya tidak stabil, itu bisa membuatnya kadang lupa membagikan sesuatu atau mengolok-ngolong temannya sendiri,” kata Muhajir.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Pengusaha, Digital Trainer, Graphologist, Diana Aletheia Balienda. Kemudian Ketua Relawan TIK Surabaya, Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom, serta Pegiat Literasi Digital, Rofidatul Hasanah, S.Ak.

Baca Juga: Kampanye Media Sosial Golkar Mesti Masif dan Sistematis

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: