Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Daya Beli Petani Terancam, Imbas kenaikan Harga Pangan

Daya Beli Petani Terancam, Imbas kenaikan Harga Pangan Kredit Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kenaikan harga pangan bakal mempengaruhi daya beli petani karena mereka juga termasuk konsumen.

”Kenaikan harga pangan tidak serta merta berdampak pada pendapatan petani karena petani Indonesia didominasi oleh mereka yang tidak memiliki lahan,” terang Head of Agriculture dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta.

Penelitian CIPS menyebutkan, sebanyak 2/3 petani di Indonesia adalah net food consumers yang artinya mereka mengonsumsi dan membeli pangan lebih banyak dari pada pangan yang mereka tanam. Untuk itu, harga pangan yang tinggi akan memengaruhi kemampuan mereka untuk membelinya.

“Para petani kecil mengkontribusikan sekitar 90% dari produksi total beras di Indonesia. Setiap petani itu memiliki lahan rata-rata kurang dari 0,8 hektar,”Kata Aditya di Jakarta, kemarin.

 Berdasarkan data BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2022 adalah sebesar 104,25 atau turun 1,61% dibanding NTP bulan sebelumnya. Salah satu indikator yang dilihat adalah kenaikan biaya konsumsi rumah tangga petani dan biaya produksi yang dikeluarkan petani.

Aditya menambahkan, meningkatkan daya saing petani merupakan suatu hal yang perlu diikuti kebijakan konkret. Penelitian CIPS menunjukkan, akses petani terhadap input pertanian berkualitas perlu diprioritaskan supaya mereka bisa menggunakannya sesuai dengan kebutuhan.

Yang sering terjadi di lapangan adalah, adopsi Kartu Tani berjalan lambat dan hal ini memengaruhi akses mereka pada input pertanian.

Selain itu dibutuhkan evaluasi pada penerima subsidi pertanian. Dibutuhkan kriteria yang jelas sehingga ada waktunya penerima subsidi bisa ”lulus” dan berdaya sehingga subsidi bisa dialihkan kepada petani lain yang juga membutuhkan.

”Perbaikan dan pembangunan infrastruktur pendukung pertanian juga diperlukan untuk menambah efisiensi proses produksi,”tegasnya.

Dalam konteks produksi telur, misalnya, pembangunan infrastruktur untuk mendorong terciptanya rantai pasok yang lebih efisien melalui pembangunan jalan yang mempermudah pengangkutan pakan dari sentra produksi ke peternakan dapat dilakukan. Kehadiran infrastruktur dapat membuat proses distribusi jagung untuk pakan ternak dapat dilakukan dengan biaya lebih murah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Bagikan Artikel: