Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Era Digital, Netizen Bisa Berkontribusi Lestarikan Budaya Indonesia

Era Digital, Netizen Bisa Berkontribusi Lestarikan Budaya Indonesia Direktur BCA Vera Eve Lim (kedua dari kiri) dalam pagelaran pentas Ketoprak Financial "Ken Dedes: Harta, Tahta & Cinta" di Taman Ismail Marzuki pada Jumat (29/07). | Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masyarakat tengah menghadapi tantangan budaya digital sebagai dampak globalisasi dan perkembangan teknologi. Mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan, media digital yang lebih banyak menjadi panggung untuk budaya asing nyata terjadi saat ini di era masyarakat digital yang begitu mudah mengakses segala informasi.

Dosen STIE Mandala & PMII, Zainul Hasan mengatakan jawaban dari permasalah tersebut adalah pemahaman akan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tungga Ika yang akan membawa warga digital untuk mawas diri dan memiliki perilaku beretika di dunia digital.

Baca Juga: Rendahnya Keahlian Digital, Netizen Saja Tak Sadar Akan Rahasia Umum Google Ini

Budaya bermedia digital sendiri, merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tungga Ika dalam kehidupan sehari-hari. 

"Media digital seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk promosi budaya Indonesia yang bisa membawa dampak positif bagi pelestarian budaya," kata Zainul saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur pada Kamis (1/9/2022). 

Akan tetapi di media sosial, bahkan masyarakat Indonesia dikenal sangat barbar. Ada sikap rasisme, saling mengejek hingga perundungan di dunia maya. Lebih jauh dia mengatakan hal itu terjadi karena sedikitnya pengetahuan akan hak-hak digital, kebablasan dalam kebebasan berekspresi, kurangnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan serta menghilangnya batas-batas privasi termasuk pelanggaran etika dalam hak cipta dan kekayaan intelektual. 

Pemahaman tentang pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tungga Ika harus menjadi landasan kecakapan digital. Etika digital yang menerapkan budaya menghargai dan toleransi harus disadari setiap orang. Oleh karena pemanfaatan Teknologi Informasi Komputer (TIK) bisa maksimal. Selain itu perlu adanya pengetahuan dasar mencintai produk dalam negeri dan pengetahuan akan hak-hak digital. 

Merespons perkembangan Teknologi Informasi Komputer (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. 

Baca Juga: Mesin Propaganda Vladimir Putin Diserang Netizen dengan Meme, Didukung Ukraina dan Amerika

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya antara lain Enterpreneur dan Founder of Coffee Meets Stock Billy Tanhadi, Founder Komunitas Njombangan, Johar Zauhary, dan Dosen STIE Mandala & PMII, Zainul Hasan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: