Tes dengan Lie Detector Tidak Efektif, Ferdy Sambo Punya Peluang Manipulasi Jawaban
Ferdy Sambo akan melakukan serangkaian tes pendeteksi kebohongan dengan alat lie untuk menguak fakta dibalik kematian Nofryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Selain Ferdy Sambo dan Putri Chandrawathi, pendeteksi kebohongan atau lie detector ini juga digunakan terhadap Brigadir RR alias Ricky Rizal, KM alias Kuat Maruf dan saksi Asisten Rumah Tangga keluarga Ferdy Sambo, Susi.
Sayangnya, ternyata hasil dari lie detector masih bisa dimanipulasi.
Baca Juga: Uji Kebohongan Ferdy Sambo Diundur, Dahulukan Jadwal Pemeriksaan, Ternyata Ini Alasannya
Mengutip Psychology Today, lie detector atau poligraf bekerja dengan cara mendeteksi perubahan halus pada respon fisiologis tubuh, ketika orang itu berbohong.
Teori di balik penggunaan alat ini yaitu saat seseorang berbohong, ia akan mengalami keadaan emosional dan respon tubuh tak biasa pada orang jujur, seperti denyut jantung, tekanan darah, pernapasan dan keringat akan bertambah drastis.
Seperti dilaporkan oleh Live Science, saat seorang mengambil tes poligraf, mesin pertama-tama mencatat garis dasar tanda-tanda vital. Tapi para psikolog secara luas setuju bahwa mereka secara inheren tidak dapat diandalkan, dan National Academy of Sciences menemukan sebagian besar penelitian poligraf "tidak dapat diandalkan, tidak ilmiah dan bias".
Mesin poligraf tidak benar-benar mendeteksi kebohongan, mereka mendeteksi kecemasan atau kegembiraan gugup dengan mengukur respons tubuh seperti tekanan darah, perubahan pernapasan seseorang, dan telapak tangan berkeringat.
Baca Juga: Tiga Kapolda Terlibat dalam Kasus Ferdy Sambo, Humas Polri Sebut Harus Sesuai Fakta Bukan Asumsi
Pewawancara mengajukan sejumlah pertanyaan kontrol selama tes dan kemudian membandingkan respons fisiologis terhadap pertanyaan tersebut dengan pertanyaan yang benar-benar relevan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty