Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hati-hati Bahaya Oversharing di Sosmed Mengintai, Kehidupan Nyata Bisa Terancam

Hati-hati Bahaya Oversharing di Sosmed Mengintai, Kehidupan Nyata Bisa Terancam Kredit Foto: Unsplash/Christian Wiediger
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tidak bisa dipungkiri bahwa orang zaman sekarang tidak bisa dilepaskan dari media sosial. Sayangnya menggunakan media sosial secara berlebihan dapat memicu timbulnya oversharing atau membagikan sesuatu secara berlebihan. 

Dampak negatif dari hal ini adalah terbukanya celah kejahatan digital maupun di dunia nyata.

CEO and Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick mengingatkan, netizen sebaiknya tidak melakukan oversharing di media sosial. Kecuali mendapatkan penghasilan dari setiap konten yang diposting, seperti menjadi konten kreator, influencer, dan selebriti.

Baca Juga: Saling Lempar: Sebenarnya Siapa yang Bertanggung Jawab Atas Kebocoran Data, Kominfo atau BSSN?

“Sebenarnya posting ekspresi kita sedih atau senang itu tidak apa. Tapi yang berbahaya itu sifat aktualnya,” kata Theo saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, seperti dilansir dari keterangan tertulis Kominfo pada Minggu (11/9/2022).

Orang ekspresif kerap langsung membagikan apa yang dirasakannya ke media sosial. Theo mengingatkan, sifat aktualitas postingan bisa membahayakan. Sehingga dibutuhkan jeda ketika melakukan posting.

“Misal kita lagi senang dan liburan, kita membuat story rekaman, itu sebenarnya bisa disimpan di drive atau bagian video kita. Kemudian kita post satu-satu, atau ketika kita sudah tidak di sana,” kata Theo.

Beberapa tindak kejahatan terjadi akibat oversharing. Salah satunya, sebuah rumah dibobol setelah salah satu anak pemilik mengunggah foto lima tiket pesawat di media sosialnya. Perilaku oversharing sang anak memberi petunjuk pelaku bahwa rumah sedang tidak dihuni.

Baca Juga: Kerja Kominfo Dipertanyakan, Ini 5 Data Penting Masyarakat Indonesia yang Dijual Hacker Bjorka

Pengguna internet di Indonesia adalah golongan yang rentan melakukan oversharing. Karena pada tahun 2021 saha We Are Social mencatat pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. 

Baca Juga: Kominfo Bawa Kabar Baik, 13 Poin Pokok dalam RUU Perlindungan Data Pribadi Segera Disahkan!

Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: