Denny Siregar Sebut Demokrat Cuman Pansos ke Presiden Jokowi dan PDIP: Cuma Itu yang Bisa Dilakukan!
Pernyataan mantan Presiden RI ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Rakernas Partai Demokrat yang akan turun gunung karena adanya dugaan akan terjadi kecurangan Pemilu 2024 menurut Denny Siregar adalah bentuk pansos.
“Saya suka geli sendiri Kalau Pak SBY yang sudah sepuh masih harus turun gunung untuk melindungi partai yang dibangunnya sejak awal yaitu Partai Demokrat,” kata dia seperti melalui kanal Youtube Cokro Tv, dikutip Selasa (20/9/22).
Menurutnya, SBY pasti tahu kalau Pemilu tahun 2024 nanti adalah laga hidup dan matinya Partai Demokrat. Karena sejak 2014 perolehan suara Partai Demokrat terus anjlok sampai ke titik nadinya.
Menurut dia pula, partai Demokrat berpotensi menjadi partai burem, dan tidak bisa memenuhi batas minimal untuk mengirimkan wakil ke Senayan.
“Di tahun 2024 nanti mereka bisa jadi tidak lolos dari batas minimal 4% dan tersingkir dari Senayan. Karena itulah mereka menggunakan strategi menumpang nama Jokowi untuk mengangkat nama mereka kembali supaya tetap dibicarakan orang,” kata Denny.
Menurutnya, menyinggung presiden Jokowi adalah cara pansos terbaik untuk merangkul para oposisi.
“Cuma itu yang bisa dilakukan oleh Demokrat karena mereka nggak bisa bergeser dari citra oposisi. Mereka harus terus bertahan di sisa pertandingan terakhir,” kata dia.
Baca Juga: Partai Demokrat Kompak Dukung AHY Sebagai Satu-satunya Perwakilan Partai dalam Pilpres 2024
Kemudian tentang kedekatan Demokrat dengan Nasdem, Denny mengatakan bahwa Demokrat yang masih hijau akhirnya ikut permainan Surya Paloh yang terkenal jago bermain di politik.
“Demokrat hanya jadi alat saja untuk Surya Paloh begitu juga Anies Baswedan, mereka hanya jadi alat tawar saja karena Surya Paloh sebenarnya juga nggak suka Anies tetapi dia butuh Anies untuk melakukan tawar-menawar dengan PDI Perjuangan,” kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty